Agus Mulyadi Njaluk Rabi

Pertama kalinya nonton film di Empire XXI Jogja

| Sunday, 1 June 2014 |

Ini sebenarnya cerita lama yang sudah agak basi (walau belum cukup berjamur), sudah pernah saya tulis, namun baru separuh, masih bentuk draft, belum saya selesaikan karena sudah keburu hilang momen-nya.

Tapi karena saya beranggapan bahwa rasanya sayang kalau tulisan yang separuh itu menguap begitu saja, maka saya putuskan untuk tetap meneruskan dan mempublikasikannya di blog yang senewen ini.

Selepas lulus SMA tahun 2009, saya merantau ke Jogja untuk bekerja, nasib membawa saya untuk malakoni peran profesi yang kelak akan sangat berpengaruh pada kehidupan saya selanjutnya: penjaga warnet.

Adalah Shona net, sebuah warnet sederhana dan rajin menabung yang berlokasi persis di depan GOR UNY yang menjadi tempat petualangan singgah saya selama di Jogja.

Saya tinggal cukup lama di Jogja, hampir satu setengah tahun. Waktu yang sebenarnya lumayan lama untuk ukuran pendatang yang bukan mahasiswa.

Namun naas rasanya, selama satu setengah tahun itu, saya sama sekali belum pernah menonton film di Empire XXI Jogja. Padahal lokasinya sangat dekat dengan tempat kerja saya, sekitar 20 menit berjalan kaki.

Empire XXI Boleh dibilang, Empire XXI adalah salah satu lambang kemetropolisan di bumi Mataram. Karenanya agak menyesal juga bagi saya karena belum pernah menyambangi tempat yang satu ini. Maklum, sewaktu saya kerja di Jogja. tak banyak kawan yang bisa saya ajak untuk menemani saya nonton. Kekasih pun saat itu saya belum punya (dan sampai sekarang pun sebenarnya masih sama).

Kesempatan menonton film di Empire XXI Jogja ini justru datang 3 tahun setelah saya meninggalkan Jogja. Tepatnya hari sabtu, 15 Maret lalu. Momen yang pas dan syahdu di sebuah malam minggu kelabu.

Adalah Mas Puthut EA beserta kru KBEA (Klinik Buku EA), yang mau berbaik hati mengajak saya untuk nonton film di gedong film yang cetar membahenol ini. Katanya sih traktiran syukuran dalam rangka peluncuran tiga buku peringatan 15 tahun Puthut EA berkarya (dua buku kumpulan cerpen dan satu buku kumpulan esai, artikel tentang tiga buku ini bisa dibaca disini).

Agus dan Puthut EA Antri tiket

Total, rombongan kami berjumlah enam orang. Ada Mas Puthut, mas Eko Susanto, Nody Arizona, Danu Saputra, Arman Dhani, dan saya sendiri (Maaf, Raisa ndak jadi ikut).

Karena ini sifatnya syukuran dan gratisan, Jadi jangan heran jika selama proses antrian pembelian tiket saya berkali-kali 'dieksploitasi' untuk terus berfoto menggunakan properti 3 buku-nya mas Puthut EA. Hehehe, ampun kang, pokoke aku bocahmu... (Cerpenis kok imperialis, hehe)

Agus dan mas Puthut EA

Sebelum kami masuk ke teater, beberapa dari kami terlebih dahulu membeli popcorn dan juga minuman sebagai pengisi kegersangan mulut selama nanti di dalam.

Saya menolak dibelikan minuman, soalnya kalau minum sebelum nonton, takutnya di dalam teater nanti saya malah kebelet kencing. Kan saya belum tahu akan sedingin apa AC yang ada di dalam ruang teater. Maklum lah, selain tengkulak dan rentenir, musuh utama orang desa adalah AC pendingin.

Bersama kawan-kawan KBEA

Film yang kami tonton waktu itu adalah Film "HER". Film drama yang mendapatkan banyak sekali penghargaan dari berbagai festival film internasional. Posternya saja sampai penuh dengan logo biji gandum :).

Itu pertama kalinya saya nonton film barat di bioskop. Tentu saya gugup, Saya bahkan sampai bertanya pada mas puthut, apakah nanti film-nya ada subtitle-nya? pertanyaan ndeso yang kemudian hanya dijawab "nanti lihat saja" oleh mas Puthut sambil nyengir penuh ejekan.

Ruang teater waktu itu lumayan lengang, banyak kursi kosong. Mungkin hanya separoh yang terisi. Maklum saja, HER bukan termasuk film yang booming di Indonesia, sungguhpun film ini punya banyak sekali penghargaan.

Mengambil setting di tahun 2025, Film ini bercerita tentang Theodore (Joaquin Phoenix), seorang pria setengah baya yang berada di ambang perceraian dengan istrinya. Ia kemudian jatuh cinta dengan OS bernama Samantha yang notabene adalah wanita virtual. Ia menganggap Samantha sebagai sosok yang pengertian dan mampu memahami perasaan hatinya. (Please, saya ingin menceritakan tentang pengalaman saya nonton film ini, bukan sinopsis lengkapnya).

Overall, saya suka dengan film ini. Terutama pada tokoh utamanya, Theodore. Kesannya laki banget, tapi sisi lembutnya tetap ada. Kumisnya tebal. Kalau giginya agak mrongos, mungkin lebih mirip Freddy Mercury (Kalau mrongosnya banget, mungkin mirip saya).

Jujur saja, Sepanjang saya hidup (sampai postingan ini dibuat), saya baru merasakan nonton film di gedong film sebanyak tiga kali, ya, hanya tiga kali). Jumlah yang sangat minim dan sedikit, bahkan lebih sedikit dari jumlah sila Pancasila.

Pengalaman saya nonton di bioskop pertama kali adalah waktu saya masih SMP, film-nya waktu itu kalau ndak salah 'Ungu Violet'. Sedangkan kali kedua juga saat saya masih SMP, film-nya Kuntilanak, film horor yang jadi salah satu film terlaris pada masanya. Waktu itu, bioskop-nya masih bioskop jadul, yang kalau mau ke bangku masing-masing harus diantar sama petugas dengan diterangi senter. Sangat menghayati semangat listrik masuk desa.

Nah, Nonton film di Empire XXI Jogja ini adalah pengalaman saya yang ketiga kalinya.

Ini adalah pengalaman yang sangat mengesankan bagi saya. Karenanya sebelum bertolak, saya sengaja menyimpan potongan karcis masuk teater. Lumayanlah, bisa buat ajang pamer prestis, dan bekal cerita untuk anak cucu. Ndeso Rapopo, sing penting apal pancasila.

Karcis Empire XXI

Pokoke, matursuwun Mas Puthut, matur suwun Kawan-kawan KBEA... Semoga kalian tetap syahdu.




Sawer blog ini

23 comments :

  1. tiga kali gak apa-apa mas, yang penting jujur.. salam syahdu

    ReplyDelete
  2. ngesuk buka bioskop dhewe mas... ben dino iso nonton sak jebole...haha

    ReplyDelete
    Replies
    1. njuk film'e milih sak-sak'e... sing oleh mlebu mung sing wadon thok... ketoke mantep yo.. hehe

      Delete
  3. Betapa baiknya mas Phutut sama sampeyan, diberi buku, kaos dan diajak nonton. Saya juga gak nolak kalo diberi barang barang itu sama mas Phutut, hehe....
    Ndeso ra popo asal gak mbohongi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hoo mas... mugo-mugo mas Puthut kae jembar rejekine... mulyo urip'e... enteng Jodhone (eh, wis duwe bojo ding)... Aamiin

      Delete
  4. Apal Pancasila tp apal Dasa Dharma Pramuka ora Gus?
    Ente 3x isih mending, aku gur pindo nonton bioskop je, pertama kui nang bioskop Bayeman(saiki wes almarhum bioskope) trs kedua kui jaman kuliah nang jogja, antri seko isuk goro" AADC (Ada Apa Dengan Cinta) di bioskop yg dkt stasiun lempuyangan...
    Pokoke aku rapopo.... tetep syahdu tur ojo melas yo mas...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, cah lawas tenan berarti sampeyan... hehehe

      Delete
    2. Lawas umure anyar rupo...
      #dudu kalah bondo menang dowo loh...

      Delete
  5. Aku malah rung tau nonton film neng bioskop, blass pisan2 wae rung tau. Akeh konco2 sik ngejak nonton (+mbayari tentunya) tp aku tetep menolak. Alasanku .... ning bioskop ra muter film JAV hahaha

    ReplyDelete
  6. Pusing kepala baca websitemu langssung sembuh mas, Lebih cespleng dibanding bodrex / paramex . Hehehe Salam pancasila mas ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam Pancasila mas, semoga tetap nasionalis dan romantis

      Delete
  7. tahun 2009 hari sabtu minggu aku wira-wiri depan warnetmu lho, kang. nginep di kos temenku yang ada di daerah belakangnya.
    tapi kalo sampeyan liat aku pasti langsung galau, lha aku bareng yyangku je.
    :D
    tapi aku saiki sing galau, lha dadi kelingan yyangku kuwi
    :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wira-wiri le meh nginguk aku tho? hayo ngaku....
      Ra ono galau-galau-nan... pokoke sakdurunge ono resepsi... tetep kudu diperjuangkan... Hidup cinta, hidup pancasila.... Salam Syahdu

      Delete
  8. mending gus, wes ping 3, la aq malah nembe sepisan, iku wae entuk kursi baris pertama, ndangak trus hahahah...

    ReplyDelete
  9. Mas Gus,,pernah kpikiran utk ikut Stand Up comedy ga??
    Kayae pas bgt...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ketoke saya terlalu elegan untuk jadi Stand Up Comedian mas... wkwkwk

      Delete
  10. Aku 6 tahun nang Jogja wae durung pernah gus nang bisokop wkwkwk , nang bioskop pun lagi sepisan nang Jakarta di traktir sisan wkwkw

    ReplyDelete
    Replies
    1. walah mas... kok ngenes'e unda-undi ro aku tho...

      Delete
  11. sekali kali nonton karo pacarmu gus

    ReplyDelete
  12. Lain kali pokoknya Raisa harus ikut :D

    ReplyDelete

Tentang Saya

Saya Agus Mulyadi, biasa dipanggil Gus Mul (bukan lulusan pesantren seperti Gus Dur, Gus Muh, maupun Gus Mus. Gus Mul hanya akronim dari nama saya). Blogger dan Freelance Layouter. Kini berusia 24 tahun. Aktif di Karang Taruna dan Komunitas Blogger Magelang Pendekar Tidar. Profil lebih lengkap, Lihat Disini
 
Copyright © 2010 Blog Agus Mulyadi , All rights reserved
Design by DZignine . Powered by Blogger