Dialog Cawet

Tadi sore, saya meminta Paijo menemani saya ke Carrefour untuk membeli lemari pakaian. Sebenarnya ini adalah manuver yang riskan, karena saya tahu kebiasaan Paijo yang sering seenaknya menggoda mbak-mbak kasir Carrefour dengan godaan yang memuakkan dan sering kali membuat saya terpaksa ikut menanggung malu.

Dan benar saja, di sana, mbak-mbak kasir itu mati kutu kena goda sama si Paijo. “Lemarinya saya buka ya mas, saya cek dulu, barangkali ada isinya” kata si mbak Kasir,

“Tadi ada isinya mbak, tapi sudah tak keluarkan kok,” Jawab Paijo menyerobot jatah pertanyaan yang sebenarnya diajukan untuk saya.

“Memangnya isinya apa mas?” tanya mbak Kasir

“Kondom bekas, mbak!” Jawab Paijo sambil meringis cuek tanpa merasa risih sedikitpun.

Si mbak Kasir cuma tersenyum kecut, wajahnya jadi sangat tidak enak, padahal sebelumnya, manisnya begitu merekah. Sedangkan saya cuma bisa mbatin: “Asuu kowe jo, nggawe isin aku wae”

Tapi tak apa, rasa malu saya akan tingkah polah Paijo di hadapan mbak Kasir carrefour tadi sore akhirnya terbayar lunas dengan hiburan percakapan absurd antara Paijo dengan Gembus, sesaat setelah pulang dari Carrefour di tempat biasa kami Cah Cinta Enterpres bermain kartu.



Dan begini kira-kira dialognya:

Paijo: mbus, mau pas aku nang carrefour ro Agus, aku weruh cawet merk crocodile murah banget, mung seket ewu, padahal nek nang giant iso ngasi pitung puluh ewu lho..

Gembus: ah, mosok tho? murah tenan

Paijo: ha tenan...

Gembus: paling kuwi crocodile anakan...

Di titik ini, saya sudah tak bisa menahan tawa. Hingga kemudian, mereka berdua kembali melanjutkan dialog mereka

Paijo: aku janjane pengin tuku, ha tapi cawetku isih do waras je, hurung butuh cawet anyar sing apik

Gembus: haiyo rasah jo, wong ra tau nglonte kok, ra perlu cawet sing apik-apik, man-eman

Sampai disini, tawa saya pecah sepecah-pecahnya, dan ingin sekali berteriak asuuuu sekencang-kencangnya.