Panca Arga, merupakan nama perumahan yang diperuntukkan bagi para prajurit TNI-AD yang berkantor di Akademi Militer Magelang. Namanya berasal dari kata Panca yang berati lima, dan Arga yang berarti gunung. Sejalan dengan lokasinya yang berada di wilayah Magelang yang emang dikelilingi oleh 5 gunung. Bisa dibilang, Panca Arga adalah salah satu Perumahan dengan fasilitas terlengkap di Magelang, maklum, sebagai Perumahan yang dikelola langsung oleh TNI, perumahan ini diberi beragam fasilitas umum yang cukup lengkap, diantaranya adalah Tempat Ibadah (meliputi Masjid, gereja, dan Pura), Bank, ATM, Lapangan Sepak Bola, Lapangan Tennis, sampai taman rekreasi, sayang, masih belum ada fasilitas Bandara.
Nah, salah satu dari fasilitas umum yang menjadi khas perumahan Panca Arga adalah Taman rekreasinya, Nama Resminya Taman Rekreasi Panca Arga 1, merupakan taman rekreasi yang memang diperuntukkan untuk para penghuni perumahan yang memang semuanya merupakan keluarga militer, karena itulah maka tak heran jika di taman tersebut selain terdapat ayunan dan berbagai macam jenis permainan anak, juga terdapat tank-tank peninggalan jaman perang kolonial melawan Belanda dan meriam tempur yang digunakan saat perang kemerdekaan Indonesia. Sehingga selain bisa sebagai sarana hiburan dan refreshing, taman rekreasi ini diharapkan bisa menjadi sarana untuk menanamkan jiwa kemerdekaan, nasionalisme dan rasa hormat terhadap para pejuang TNI yang gugur di medan perang untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Taman ini terkenal dengan nama lain Taman Tank, hal ini tentu karena keberadaan tank dan meriam tembak yang ada di taman ini. Total ada 1 satu tank amphibi dan 2 meriam tembak yang menghiasi taman ini.
Selain tank, satu lagi yang menarik dari Taman rekreasi ini adalah adanya Tugu penanda. Tugu penanda ini bentuknya mirip sekali dengan Monas yang ada di jakarta, sehingga tak jarang banyak orang menyebutnya sebagai Monas Taman. Tugu ini sejatinya merupakan tugu penanda dibangunnya taman ini. Kini fungsi tugu ini hanya sebagai penanda waktu melalui jam dinding yang dipasang di atas tugu tersebut.
Adanya aneka permainan anak seperti ayunan, dan juga udaranya yang sejuk karena banyaknya pohon pinus dan mahoni juga lokasinya yang berada tepat di tepi aliran cabang kali manggis membuat taman ini menjadi andalan rekreasi dan tempat nongkrong oleh orang-orang penghuni Panca Arga maupun orang-orang di sekitar Panca Arga.
Taman ini mulai dibangun pada awal tahun 90-an (rampung pada tahun 1992) dan diresmikan tanggal 17 Juni 1992 oleh Mayor Jenderal TNI Toni Hartono, yang merupakan Gubernur Akmil saat itu. Taman Panca Arga ini sekaligus merupakan karya terakhir bagi Mayjen Toni Hartono sebagai Gubernur Akmil sebelum digantikan oleh Mayor Jenderal TNI Moch. Ma'ruf di tahun 1992.
Namun sayang seribu sayang, sebagai satu-satunya taman rekreasi di Panca Arga, taman ini kondisinya sangat memprihatinkan. Jalanannnya kini rusak parah, kursi tamannya pun mulai banyak yang rusak. Hal ini diperparah dengan aksi-aksi tak bertangggung jawab dari para pengunjung yang seenaknya mencorat-coret badan tank.
Bahkan yang lebih mengenaskan, dua meriam tembak yang ada di taman ini kini sudah tiada, karena keduanya kini dipindahkan ke sisi gerbang Pintu 1 dan Pintu 3 Panca Arga (Panca Arga punya akses jalan masuk melalui 3 pintu gerbang, yaitu Pintu 1, Pintu 2, dan Pintu 3).
Kini, hanya satu tank amphibi tinggalan belanda yang masih tersisa di taman ini. Itupun dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. Body-nya sudah penuh dengan coret-coretan. Pun mesin-mesin dan onderdilnya sudah berkarat semua. Padahal waktu saya kecil, settingan ujung meriamnya masih bisa berfungsi dan bisa diputar atau dinaik-turunkan.
Lebih dari itu, Jeroan Tank kini tak ubahnya seperti tempat sampah, karena di dalam badan tank banyak sekali terdapat aneka sampah bungkus plastik yang dibuang sembarang oleh pengunjung.
Kini, walaupun kondisi taman ini tak seindah dulu, namun setidaknya masih banyak warga Panca Arga yang berekreasi di taman ini, yah untuk sekedar tongkrong, memadu kasih, atau hanya duduk-duduk sambil bermain ayunan dan menikmati jajanan yang dijual di depan Taman ini setiap sore harinya.
Pengamatan yang jeli mas agus. Prihatin kalao ngelihat coret2an di badan baja itu, apalagi digambar yang terakhir itu jadi kubangan TPA..
ReplyDeletekudunya tempat sejarah seperti ini lebih dapat dioptimalkan buat sarana hiburan dan sejarah., tidak melulu rekreasi harus ke mall.
kalau nge-up tulisan ini biar masuk koran mas, sekalian biar menggugah pengelola dan warga setempat
Iya mas, ngeri lah pokoknya kalo sekarang... Padahal dulu jaman saya SD, itu tank masih mantep.. sama sekali ndak ada coretan tipe-x atu pylox.. sekarang jadi prihatin setengah mati...
DeleteNgereyen jepretan lan liputan ki judule...sip
ReplyDeleteNek ngreyen'e wis rodo suwe... tapi nek ngreyen ge liputan... ha kuwi leres kang.. hehehe
DeleteWah mantap tuh, walaupun kondisinya memprihatinkan tapi bagus untuk menumbuhkan jiwa nasionalisme anak anak
ReplyDeleteYah semoga kedepannya ada perbaikan dan perawatan...
DeleteJd keingetan dulu bgt kadang main disini, muter2in kubah tank, naik turunin moncong meriam :D
ReplyDeleteini tempat main saya dari kecil.. penuh kenangan banget...
ReplyDeleteGus.. Aq minta PIN lo deh, klo gak invite PIN gw ya 238713CD..
ReplyDeleteFacebook : ono Bårçå
Twitter : @nurjiono / ono Bårçå
ᵗʰᵃᶰᵏᵧₒᵤ ⌣̈ sblmnya..
nderek sungkem mas agus, biyen aku yo pernah ngangsu kawruh ning tanggane akmin, sekolah tidar nusantara hehehehehe
ReplyDeletesak kelurahan pirikan po njengengan ?
Wah, prihatin tenan aku gus...
ReplyDeletembiyen zamanku SD, aku adoh2 ngepit seko Kalinegoro mung ben iso dolanan TANK, muter2ke ujung meriame kuwi ...
taman rekreasi yang bagus sekali mas
ReplyDeleteHalo, Gus. Saya ni kudet sekali, baru baca dan komen empat tahun kemudian. *isin
ReplyDeleteMembaca tulisan sampeyan tentang taman di atas, mengingatkan saya pada masa kecil yang saya habiskan di Pancaarga. Yes, saya dulunya tinggal di Jl. Anggrek No. 16 Pancaarga 1, Magelang. (Lengkap tur ijik kelingan) Hehehe.
Alhamdulillah, di depan rumah saya nggak ada pohon buah, adanya pohon bougenvil, jadi jelas tidak ada jejak petualangan sampeyan njipuki buah. Yak opo arep njipuki bougenvil?? :D
Kelingan tenan, Gus, jaman ijik cilik. Bar sahur mesti mlaku-mlaku karo konco-konco ning taman kui. Melbu nggon tank e, ayunan nganti arep gumoh, dan jalan sing sampeyan foto niku, sing rusak iku, kawit kaki mungilku napak ki, yo jik rusak! Eh ha tak kiro wes didandani yo, jebul e kok yo jik podo.
Maturnuwun nggih, Gus, sampeyan sudah menulis tentang Pancaarga dan sekitarnya. Saya ini tipe susah move on lo, apalagi dari jaman saya baru dibikin sampai lahir kemudian SMA, saya habiskan masa pertumbuhan saya di Pancaarga. Mben bali sekolah SMA (SMA ku SMA Tidar) mesti mubengi Pancaarga nggo motor karo kancaku. Wah jan, syahdu rasane. Sampeyan leres, nek nggo sampeyan Pancaarga kui El Dorado, nggo aku Pancaarga kui atiku. Halah, ra nyambung. Pancaarga dulu dan sekarang di mata saya tidak banyak berubah, yang berubah pasti adalah penghuninya yang rasanya jadi individual. Tapi nuansa dan auranya, masih tetap sama.
Pokokmen aku seneng tenan, sampeyan nulis tentang Pancaarga, amargo aku kepengin nulis tentang masa kecil di tempat indah itu, sampai saiki durung kelakon, ming mergo males lan kurang data (foto) hehehe.
Salam.