Rambut gondrong, Bah! siapa pula yang sebenarnya suka dengan model rambut yang satu ini. Tipikal rambut yang sebenarnya hanya pantas disandang oleh wanita, tapi kemudian menjadi sangat maskulin dan keren kala para personel Led Zeppelin mengaplikasikannya pada rambut mereka.
Bagi generasi yang agak tua, tren rambut gondrong jelas dimotori oleh rocker-rocker amerika yang mulai menginvasi tren musik negara kita di tahun 80-90-an. Di jaman itu, rambut gondrong sangatlah Laki, bahkan cenderung identik dengan cadas, keras, Rock, dsb.
Tapi jelas, saya sebagai generasi yang lahir tahun 90-an merasa terlambat untuk mengenal tren rambut gondrong dari para rocker gaek di atas. Saya mulai kagum dengan rambut gondrong bukan dari Axl Rose, Robert Plant, ataupun rocker-rocker 80-90'an lainnya. Saya mengagumi rambut gondrong justru dari Suliwa, Arya Kamandanu, Batik Madrim, sampai Prabu Angling Darmo. Pokoknya tokoh-tokoh serial kolosal 90-an yang tayang di Indosiar. Waktu itu saya kok merasa para jagoan kolosal itu nampak keren dan gagah dengan rambut gondrongnya.
Namun apa lacur, kekerenan dan kegagahan para jagoan kolosal itu jelas tak bisa saya tiru, maklum, waktu itu saya masih sekolah, saya masih SD, dan sepreman-premannya dan sebajingan-bajingannya anak SD, memanjangkan rambut tetaplah menjadi pantangan. Jangankan kok SD, lha wong anak SMP dan SMA pun saya rasa tak boleh memanjangkan rambutnya kok. Bahkan rambut siswa yang melebihi kerah baju saja biasanya sudah langsung siaga 3, apalagi kok sampai rambut gondrong. Itu jelas ancaman yang nyata.
Semakin kedepan, arti rambut gondrong bukan lagi melulu soal penampilan keren, melainkan pengakuan perlawanan. Rambut gondrong bagi kebanyakan orang identik dengan perlawanan, rebel, anti mainstream, anti kemapanan, seniman, atau apapun yang berbau "bawah tanah".
Maka tak heran jika kemudian banyak remaja yang punya cita-cita untuk memanjangkan rambutnya. Tak terkecuali saya.
Bagi anda yang pernah baca halaman tentang saya atau melihat gambar penampakan diri saya di bagian header atau sidebar blog ini tentu tahunya Agus Mulyadi adalah blogger berambut cepak klimis dan berwajah lempeng namun trengginas. Tapi perlu anda ketahui, jelek-jelek begini, dulu saya pernah punya rambut gondrong.
Jadi ceritanya, Selepas lulus SMA, saya merantau ke Jogja sebagai seorang penjaga warnet (kok ndak keren amat ya), setelah 2 tahun saya berpetualang di jogja, saya pun kemudian merantau ke Depok untuk ikut kursus desain layout, 6 bulan setelahnya, saya akhirnya berlabuh di Sukabumi untuk kerja sebagai layouter sebuah tabloid wanita. Nah, di Sukabumi inilah saya mulai berani memanjangkan rambut saya.
Maklum lah, karena di sukabumi inilah pertama kalinya saya punya kesempatan untuk memanjangkan rambut tanpa ada yang melarang dan memasygulkan.
Dulu waktu di Jogja, saya kan masih sering pulang ke Magelang, jadinya saya masih takut untuk memanjangkan rambut (iya, saya memang pria lemah). Di depok, saya masih belum bisa memanjangkan rambut, karena memang aturan dari tempat kursus yang saya ikuti melarang para siswanya untuk memanjangkan rambut.
Nah, Barulah di Sukabumi saya punya kesempatan luas untuk memanjangkan rambut. Kebetulan di tempat gawean di Sukabumi, Bos saya orangnya enjoy dan asyik, dia bebas memperbolehkan saya untuk memanjangkan rambut semau saya. Maka di Sukabumi, dimulailah petualangan panjang saya untuk memanjangkan rambut (atas).
Selama hampir setahun, saya sama sekali tak pernah pergi ke tukang pangkas rambut, dan kemudian bisa ditebak, jadilah rambut saya kemudian gondrong menjuntai bak pendekar-pendekar silat di komik Koo Ping Hoo
Setelah setahun saya bekerja sembari memanjangkan rambut di Sukabumi, akhirnya saya pun pulang ke kampung halaman di Magelang. Di rumah saya di Magelang, demi melihat rambut saya yang gondrong, nenek dan ibu saya mencak-mencak dan segera menyuruh saya memangkas rambut saya. Tapi saya menolaknya. (Maafkan Baim mak!)
"Walah mak, ini saya setahun lho mak menjangin rambutnya, mosok mau dipangkas begitu saja", begitu penolakan saya kepada emak saya.
"Halah, kamu itu sudah jelek, gondrong lagi, wis koyo gembel wae kowe gus! pokoke potong" kata emak kukuh pada perintahnya. (See? bahkan emak saya pun tega menyebut saya jelek dan kaya Gembel).
Tapi yah, namanya juga anak laki-laki, kadang suka ngeyel sama emaknya. Saya pun tak menuruti perintah emak untuk memangkas rambut saya. Saya tahu, ini termasuk durhaka kontemporer, namun mau bagaimana lagi. Rambut panjang ini sudah kadung membius. Saya merasa seperti seniman betulan dengan rambut gondrong ini. Pokoknya saya merasa sangar, yah, walau wajah saya tak cukup mendukung itu.
Oh ya, ini tampilan saya waktu rambut saya gondrong.
*Iya saya tahu, saya susah mingkemnya...
Setelah hampir 5 bulan saya di Magelang dengan rambut gondrong menjuntai yang dihiasi dengan kutu-kutu rambut yang teramat manja. Akhirnya saya memotong jua rambut gondrong ini.
Jadi ceritanya, saya terkena demam tinggi yang disertai dengan mual dan muntah-muntah (semoga ini bukan tanda-tanda kehamilan). Sudah 3 hari demam saya ini ndak sembuh-sembuh, akhirnya dalam hati saya bernadzar, jikalau saya diperkenankan untuk diberikan kesembuhan oleh Alloh SWT, saya berjanji akan memotong rambut saya.
Dan benar saja, dua hari setelahnya, saya benar-benar sembuh. Akhirnya demi memenuhi nadzar saya, walaupun dengan berat hati, saya potong jua rambut gondrong saya ini.
Rasanya begitu berat, mangkel, dan Ahhh, pokoknya ndak bisa ditulis disini. Rasanya saya belum bisa menerima rambut gondrong saya dipangkas begitu saja.
"Ah, kini telah kembali, Agus yang berambut cepak"
Namun ini adalah hidup, akan selalu ada hikmah dalam setiap peristiwa. Dan saya perlahan mulai merasakan banyak hikmah yang terkandung dengan pemotongan rambut saya. Pertama, jelas saya jadi hemat shampo, karena saat masih gondrong, saya butuh satu setengah sachet shampo untuk keramas, sedangkan sekarang, setengah sachet pun sudah cukup. Kedua, kini saya tak perlu menyibak rambut saya setiap kali saya sujud saat Sholat. Ketiga, saya jadi lebih supel, saya tak perlu dikit-dikit membenarkan rambut atau sisiran agak lama, karena cukup dengan sentuhan tangan saja, rambut sudah rapi tanpa perlu disisir (trus kalau ada yang nanya kenapa bisa rapi, ya saya jawab saya "Ah, cuma pake shampo kok").
Hikmah yang paling besar menurut saya adalah rasa bahagia saat rambut pendek saya dikomentari oleh gadis yang saya taksir, "Nah, kalau rambutnya pendek kan jadi rapi"... Duhhh.. rasanya bagaikan ketiban durian runtuh beserta kebunnya. Dibilang "rapi" saja saya sudah seneng setengah mati, apalagi kalau dibilang "cakep", wah, mungkin matipun saya rela.
Berfoto bersama Mbah, pasca potong rambut
Setelah saya potong rambut, beberapa kali saya melihat album foto, dan kadang merasa tak habis fikir dengan pilihan saya menggondrongkan rambut. Kok bisa ya demi terlihat seniman (lebih tepatnya "sok seniman"), saya sampai memanjangkan rambut saya. Duh, amit-amit.. Pait... pait... pait... pait...
Kini saya sudah mantap dengan rambut cepak saya dan menganggap rambut gondrong sebagai kenangan buruk yang harus dibuang jauh-jauh (tapi kok masih ditulis di blog gus?).
Lagipula kalau saya mengamati, model rambut gondrong saya ini kok malah lebih mirip rambut gondrongnya plankton ketimbang Axl Rose ya.
Ah, Persetan dengan rambut gondrong. Gigi saya sudah terlalu gondrong, saya tidak ingin menambahnya dengan kegondrongan yang lain. Semoga kelak saya terhindar dari kegondrongan yang sedemikian.
Gondrong ae kang...ben wanita terbihai2 sama rambutmu...njuk rabi deh..hahaha
ReplyDeleteWah kang, aku sudah kembali ke jalan yang benar je...
Deletemalah jadi mirip mas pupun kapten
ReplyDeletewkwkwkw, bener juga ya, saya jadi membayangkan diri saya sendiri mengibaskan rambut saat main gitar sambil mosing.. pasti keren setengah mati... total cadas.
DeleteKalau yang depan dibotakin setengah, jadi kaya jemek Supardi... hehe
DeleteMas agus.. tak revisi ya.. penulisan sampo yg benar adalah 'Shampo'..hehe
ReplyDeleteSukses buat mas agus..blognya mantap.. Temen temen kantor PT. PJB UBJOM PAITON suka dg artikel yg ada di blog sampean
Oh ya, matursuwun atas koreksinya...
DeleteOh, njenengan pegawai PJB tho.. dulu saya ikut lho ngerjakan Annual report-nya PJB, tapi yg pusat... bukan UPJOM Paiton
Inggih mas agus.. saya pegawainya...
DeleteKantor pusat yg di Sby berarti mas ???
Iya yg Surabaya, tapi saya waktu itu ngerjakannya di Sukabumi, itu Annual report tahun 2011, pas tema PJB-nya "Green Energy"
DeleteOhh iya...
DeleteMas agus kemaren saya invite pin bb sampean .. tapi kok blm di confirm ya ???
Wah, dingapunten mas, BB saya cuman buat properti, ndak pernah saya paketin mas... hehehe
DeleteOhh ok ok mas agus rapopo....
DeleteFbne jengengan juga koncone full ngih mas ??? Aku nginvite ora iso
klo gondrong mirip tokoh LUPUS gus wkwkwk
ReplyDeletejane sih malah meski kalah rupo tapi dadi menang dowone lu Gus!
ReplyDeleteKalah rupo menang dupo tho mas...
Deletemugo mugo rejekimu melu gondrong gus.. :D
ReplyDeleteAamiin mas bero..
DeleteWah mantap juga sampeyan waktu gondrong, hehe..
ReplyDeletekarang Rocker kagol tho kang..
Deletesesuk tak melu melu potong gondrong mas
ReplyDeleteAgus Mulyadi adalah blogger berambut cepak klimis dan berwajah lempeng namun trengginas.
ReplyDeletengakak moco kui aku mass..!! :D :D
menghibur
Kandhani og mas....
DeleteTapi aku yakin tetep sih eneng sing guondrong y Gus... hahaha
ReplyDeleteopone kang? wah, nyrempet-nyrempet lho senengane
Deleteapik cepak mas.. ber ora koyo gondrong deso (gondes)...
ReplyDeleteLah, tak kiro malah koyo Gotrolis.... Gondrong Metropolis
Deletesing paling lucu pas sampeyan ngomong gondong mirip plankton ... wk wk wk
ReplyDeletengakak aku mas ...
Aku nek kelingan yo ngakak dhewe...
DeleteGus tulung tulisne pesan Panglima Besar Jend. Sudirman, mburi fotomu, sesuk meh ulangan Sejarah, ra apal je
ReplyDeleteWah.. aku le moto mung oleh sakmono.... ha meh piye meneh... terusane ra ngerti
Deletemantep mas Agus :-) masih mending bisa sampai gondrong. saya mencoba saja ndak sukses
ReplyDeletedaku malah pengen rambut cepak sak sampeyan kuwi.
ReplyDeleterung kesampean
eh, aq cewek ding ya...
:D
aku SMA gondrong Mul, lha wong ng SMA De Britto Jogja ^_^
ReplyDeleteKalo didunia kerja industri, gak boleh rambut gondrong utk prianya. Dan saya pernah gondrong. akibatnya saya sering main kucing kucingan dg pihak safety dan K3.
ReplyDeleteAnak wedok protes bapake gondrong, kaya preman katanya. akhirnya lelah main kucing kucingan dg safety dan nglegani anak wedok, saya pun berambut pendek. iki critaku lur...
mas agus, untung rambut atas yang dondrong, kalo rambut "yang lain"....apa kata dunia....
ReplyDeleteNek gondrong neh sopo ngerti ditawari iklan shampo tenan mas :p
ReplyDeletewkwkw...foto ne sing ngisor dewe cocok dadi cover film thriller sadis...
ReplyDeletejoss tenan gus......marai ngekek total....
ngakaaaak bingiit ah baca posting yg ini. gus gus.. ya allah kocak banget
ReplyDeleteitu semua tergantung sudut pandang orang sob
ReplyDeletekalau aku sih, lebih suka berambut gondrong
hidupku, serasa bebas tanpa ada kekangan dan jauh dari rasa tertekan
rambut aku ikal, tapi jatuh kebawah sob, gak mekar ampe keatas
orang mau bilang apa ma, terserah
aku apa adanya sob :D
yah, meskipun tidak gondrong macam sobat, ibaratnya hampir sebahu gitu :D
dan lantas, kenapa harus rambut gondrong disalahkan sob!? bagiku, tidak seharusnya rambut gondrong disalahkan
ReplyDeleteemang itu rambut salah apa!? gak ada salah apa-apa tu
gondrong tapi, rajin dikeramas sob :D
dan juga, asal terawat rambutnya
Nek diliat sak kedipan (sak kedipan lo yo) kok koyo vokalise d masive wkwkwkkk
ReplyDeleteanyinggggg, dari awal sampai akhir cerita gw dibuat ngakak sama gaya tulisan Kang Agus yang begitu keren, all hail Kang Agus.
ReplyDeletesalam kenal..waah pernah di Sukabumi juga tho..itu kota kelahiran saya..salut dengan gaya tulisannya..ibarat kerupuk..renyah dan gariing.. :)
ReplyDeleteSubhanallah, kuwi rambute apik men kang.. rambut indah salon..
ReplyDelete