Marcopolo, salah satu pentolan Geng Koplo
Sore ini, kawan-kawan Geng Koplo berangkat menuju stadion Madya, mendukung tim sepakbola kebanggaan wong Magelang, PPSM.
Kali ini Bukan partai biasa, karena PPSM Magelang akan menjamu Persis Solo. Bagi PPSM, partai sore ini adalah partai krusial, karena PPSM butuh poin penting agar terhindar dari jurang degradasi Divisi utama. Di sisi lain, bagi Persis, ini adalah partai ongkang-ongkang, karena menang atau kalah, toh Persis tetap jadi pemuncak klasemen.
Kalau boleh jujur, Panasnya partai ini sebenarnya bukan soal penentuan degradasi atau tidak, namun lebih kepada rivalitas panas antara kedua kubu supporter tamu dan tuan rumah.
Sudah bukan rahasia lagi, bahwasanya Pasoepati (sebutan untuk pendukung Persis Solo) dengan Simolodro (sebutan untuk pendukung PPSM Magelang) punya riwayat gesreh yang cukup tajam. Yah, walaupun tidak setajam The Jack dan Viking. Dalam setiap pertemuan, pasti selalu ada saja keributan, baik itu di Kandang Persis ataupun di Kandang PPSM. Perjanjian damai yang pernah ditandatangani oleh kedua pihak pun seakan hanya menjadi euforia damai sesaat.
Pun demikian dengan partai kali ini. Atmosfer panas sudah sangat terasa sedari awal pertandingan. Banyak yang menduga, bahwa partai ini pasti akan jadi partai rusuh. Dan nyatanya benar.
Pertanda rusuh agaknya mulai terlihat di menit 60, saat pemain PPSM dilanggar pemain Persis dan PPSM mendapat hadiah tendangan penalti. saat itu kedudukan masih 0-1 untuk keunggulan Persis. Hadiah penalti tersebut mampu dikonversi dengan baik menjadi gol oleh pemain pengganti Rossi Gutawa. Kedudukan menjadi imbang, 1-1.
"Wah, wasite disogok kuwi!", teriak salah satu Pasoepati yang kemudian disusul dengan sahutan dan sumpah serapah oleh anggota Pasoepati lainnya.
Seakan tak terima, salah seorang Simolodro pun menjawab dengan teriakan ketus, "Ha pancen kok, wong wasit ro pemaine we larang wasite je, meh ngopo kowe?"
Sejurus kemudian, adu caci pun terjadi, dan bisa ditebak, hanya dalam hitungan menit, adu caci kemudian melebar menjadi aksi yang lebih brutal, saling lempar botol antara Simolodro dan Pasoepati pun tak terhindarkan.
Tensi semakin panas saat para supporter Pasoepati meneriakkan serapah: "Degradasi... Degradasi... degradasi...!!!".
Menit 82, Pemain PPSM Faisol Arif menyarangkan gol cantik ke gawang Persis Solo. Kedudukan berubah menjadi 2-1. Gol ini semakin memanaskan tensi.
Hingga akhir pertandingan, kedudukan tak jua berubah. PPSM Magelang memetik 3 poin atas tamunya. Rekor tak pernah terkalahkan milik Persis akhirnya tumbang di Kandang PPSM. Kemenangan ini membawa PPSM naik ke peringkat 5 divisi utama grup 4 dan lolos dari jurang degradasi, sedangkan Persis Solo tetap kokoh bertengger di puncak klasemen. Hasil yang kondusif, karena PPSM lolos dari degradasi, sedangkan Persis lolos ke 16 besar.
Hasil yang tak terlalu buruk bagi kedua tim ini nyatanya tak menghindarkan kerusuhan antar kedua supporter yang sudah terjadi beberapa puluh menit sebelumnya. Kerusuhan akhirnya berlanjut hingga di luar stadion. Panpel tak mampu berbuat banyak. Jika di dalam stadion aksi rusuh antar dua kubu supporter hanya saling lembar botol, maka kali ini, di luar stadion, objek yang dilempar adalah batu.
Kedua kelompok supporter saling melemparkan batu dari jarak yang cukup dekat, sekitar 20-30 meter. Beberapa supporter dari kedua kubu nampak terluka karena terkena lemparan batu. Aksi tawur berlangsung selama kurang lebih setengah jam.
Tak dinyana, Kawan Saya Marcopolo tampil sebagai salah satu ujung tombak Simolodro, ia maju dan berada dalam barisan terdepan Simolodro yang meladeni lemparan-lemparan batu dari Pasoepati. Tanpa rasa takut (mungkin karena pengaruh ciu), ia maju ke depan sambil melempari barisan Pasoepati dengan beberapa buah batu.
"Ojo kemajon su, kowe ki ra nggo helm, keno watu bocor ndasmu", kata Paijo kawan saya mencoba memperingatkan Marcopolo.
"Mati-urip ki nang tangane Gusti Alloh, ora nang tangane Pasoepati su!", teriak Marcopolo singkat sambil kembali melemparkan sisa-sisa batu yang masih ada di tangannya.
Saya nyengir, antara prihatin dan kagum. Mungkin ini yang dinamakan Tawakal Kaum Gentho.
Ah, semoga Persis Solo tak lolos ke Liga Super tahun depan, biar bisa rusuh lagi. Hehehe, Bercanda lho mas, Bercanda.
Wuih laporanmua apik lho, Gus. Kayak membaca cerita silat, ada tegangnya, hehe..
ReplyDeleteTak kirain si Marcopolo sampai berdarah-darah....
Wah, mesakke si Marcopolo nek ngasi berdarah-darah mas...
DeleteHahaha.. Greget!
ReplyDeleteCensuog!
wah, hayo jelas Greget, Marcopolo je
Deletecenlengog!
Mati uripku ning tangan Gusti Alloh su! Ora ning tangan pasopati,,, ngena le
ReplyDeletewedos. aku malah ngakak ki mocone gus :)))
ReplyDeleteha opomeneh aku sing nulis... wkwkwk
Deletejane marcopolo ki manungso po? kok sa su sa su ....
ReplyDeleteHayo janjane menungso, tapi tutuk'e pancen rodo hek..
Deleteanjrit aku malah dadi langganan moco blogmu to gus... keno pelet ke aku ... dukun mana dukun .. aku butuh di ruatke.....
ReplyDeletewelh, ha nek ngasi kowe ra mampir blogku, malah kowe sing tak dukunke mo
DeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteBohh,,,nduwurku ki onok" wae,,,pensil ko digedekke,,,nk agus rep go opo yo,,,,,hihihihi,.......kabuuurrrrrrr.....
ReplyDeletejane ki musuh yo hudu, dulur yo hudu.. wis mbuh solo ki :|
ReplyDeletekoe melu balang2an rak Gus? po mung nonton tok...?
ReplyDeleteaku wong solo lho gus
ReplyDeletejinguk, tulisane apik.
ReplyDeleteSebenarnya Si Marcopolo itu temanmu atau teman Bapakmu Gus.......?
ReplyDeleteTahun depan yen ketemu mangkat nang manahan yo mas...
ReplyDeleteMengko koe tak bayari nang hik, terus koe wenehi aku buku bergumul dengan gusmu