Namanya Sastro, tentu nama samaran. Dia seorang kawan jauh, maksudnya, saya kenal dia karena dia adalah kawan dari kawan saya (mbulet yo ben). Usianya setahun lebih tua dari saya, sudah beristri, dan punya anak satu. Ndilalah, istrinya adalah kawan dari kawan saya juga. Jadi baik Sastro maupun istrinya, keduanya sama-sama kawan jauh.
Sastro menikah dua tahun lalu, istri yang ia nikahi adalah tetangga dekat rumahnya. Jarak rumahnya dengan rumah istrinya hanya sepelemparan batu. Mungkin hanya sekitar 20 meteran. Pasca menikah, Istrinya kini tinggal di rumahnya, kadang sesekali tidur di rumah orang tuanya.
Bagi Sastro, punya Mertua yang tinggalnya hanya satu menit perjalanan dengan berjalan kaki dari rumahnya adalah sebuah konflik batin tersendiri. Baginya, menantu dan mertua itu idealnya berjauhan, sehingga setiap kali bertemu, maka nuansa yang hadir adalah nuansa rindu dan kasih sayang seorang mertua. Sedangkan bila tiap hari harus bertemu, kadang justru terasa sangat wagu, acap kali malah membuat Sastro sendiri merasa tak nyaman. Seakan-akan ia selalu diawasi. Kinerjanya dalam usaha membahagiakan istrinya seolah menjadi sesuatu yang senantiasa diragukan dan harus selalu siap diaudit setiap waktu.
Namun setidaknya ada dua maslahat besar yang didapat Sastro dengan menikahi tetangganya sendiri. Pertama, ia bisa meminimalisir pengeluaran uang transport untuk acara lamaran atau mudik ke rumah Mertua. Sedangkan yang kedua, saat kondisi rumah tangganya sedang chaos , maka istrinya tak akan pernah berani memberikan ancaman "Pulangkan saja aku pada ibuku atau ayahku!", itu ancaman yang teramat murah bagi Sastro.
Sastro pernah bercerita, bahwa dia merasa takjub saat dirinya bisa menikah dengan istrinya saat ini. Karena dulu ia menganggap, rasanya tak mungkin ia dan istrinya bisa menikah.
"Mosok meh ngepek tonggo, ra kreatif! Daya jelajah’e kurang no, minimal luar kota tho yo!!", katanya.
Nyatanya, ia harus menjilat ludahnya sendiri, karena pada akhirnya, ia justru menikah dengan kawan perempuan sekaligus tetangganya sendiri, perempuan yang dulu ia anggap tak mungkin ia nikahi karena alasan regional yang terlalu dekat.
Lain Sastro, lain pula Dodi. Ia tetangga saya. Saya pernah sangat akrab dengan Dodi, maklum, dulu sewaktu saya kerja jadi OP Warnet, Dodi ini adalah salah satu pelanggan setia warnet saya.
Kisah asmara Dodi justru sangat kontradiktif dengan kisah asmara si Sastro. Hubungan asmara Dodi kandas justru dengan wanita yang ia mantapkan bakal menjadi istrinya. Hampir dua tahun ia menjalin hubungan dengan Ningrum (nama saya samarkan), gadis pujaanya. Setahun terakhir, kemantapannya untuk menjalin hubungan ke tingkat yang lebih serius dengan Ningrum semakin menguat, terlebih saat dia dan Ningrum sama-sama sudah punya pekerjaan tetap.
Namun saat tingkat keyakinannya berada tipis dari puncak, ealah si Gadis malah menikah dengan Pria lain. Dodi diputus sepihak tanpa pernah tahu apa kesalahannya. #PukPukUntukDodi
Seperti layaknya pria waras, ia merasa begitu kecewa. Kekecewaanya itu kemudian ia lampiaskan dengan hadir di acara hajatan pernikahan si Gadis pujaan dengan membawa Pompa Angin sebagai kado pernikahan. Sewaktu bercerita kepada saya, mimik mukanya begitu nelangsa, tatapannya nanar, namun hal itu tak menyurutkan saya untuk tertawa terbahak-bahak begitu ia menceritakan perihal Pompa Anginnya itu.
Ah, kita memang tak bisa menyangka, siapa yang bakal jadi jodoh kita kelak. Urusan Jodoh memang sesuatu yang luar biasa ghaib. Acap kali di luar perkiraan nalar dan akal sehat.
Saya pernah bertemu dengan seorang pria yang butuh berpacaran hingga 37 kali sebelum akhirnya menikah, pun pernah juga saya kenal dengan pria yang sama sekali tak pernah berpacaran namun langsung bilang "yak!" begitu ditawari menikah dengan wanita yang bahkan belum pernah ia lihat secara langsung.
Saya tak tahu, bagaimana kisah asmara saya akan berjalan kelak, akankah seperti kisah si Sastro, akankah seperti kisah si Dodi, atau justru malah menjadi kisah varian baru yang berbeda dari kisah keduanya.
Yang pasti, bagaimanapun kisahnya, saya yakin bahwa wanita yang kelak akan jadi jodoh saya adalah wanita terbaik untuk saya. Hingga kini, saya masih mempercayai pameo "Jodoh yang kita dapat adalah wanita yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan".
Tentu karena Jodoh kita dipilih langsung oleh Tuhan, bukan oleh DPRD. Jadi, untuk para bujangan, nikmati saja masa penantian yang lengang dan indah ini. Jangan terlalu ngoyo. Biarkan Tuhan bekerja. Yakinlah, Tuhan punya selera yang tinggi. Tugas kita hanya 3, Berusaha, Berdoa, dan Bercermin, di luar itu, kita hanya bisa pasrah dan menanti.
Jadi, Nikmati saja masa penantian anda dengan elegan. Syukuri saja dulu apa yang sekarang sudah ada di tangan anda.
Biarkan pertanyaan "kapan Kawin?" hanyut terbawa air, atau terbang terbawa angin. Karena yang pasti, jodoh anda tak akan klelep begitu saja, dan tak akan terbang dengan mudahnya.
Torabika Moka di tangan kiri, Gorengan di tangan kanan, tinggal jodoh yang masih di tangan Tuhan. Salam Prihatin.
Diterbitkan pertama kali di situs Mojok.co edisi 14 September 2014
Tangan loro (dua) ojo sering nggo nyekel bareng gus, sewaktu-waktu jodohyang masih di tangan Tuhan di lepas kowe siap nangkap, jangan sia-siakan jodohmu hanya demi gorengan dan segelas kopi
ReplyDeleteHa nek sing teko Jodho, ha yo mesti gorengan ro kopine langsung tak banting no yo bos.... wkwkwk
DeleteNikmati saja masa penantian anda dengan elegan.
ReplyDeleteSeneng karo kalimat iki, Gus.
Berdoa, berusaha dan bercermin
Aku wis Berdoa dan berusaha.. sing hurung mung Bercermin .... hehehe
DeleteYen bercermin gilo dhewe...
DeleteJodoh memang ditangan Tuhan, tapi kalo gak berusaha gak bakalan dapat.
ReplyDeleteJangan banyak makan gorengan, Gus. Gak baik buat kesehatan, hehe...
Saya pernah liat di tv orang mengolah ulang minyak goreng bekas yang udah berwarna kayak oli, lalu dijual jerigenan ke tukang gorengan. Sejak itu saya gak doyan lagi beli gorengan pinggir jalan.
Semoga rabimu cepat ketangkap, hehe...
wah.. matursuwun mas Alris ada doanya... itu gorengannya cuma properti kok mas, hehehe
Deletemak nyus mas bro...haha
ReplyDeleteKandhani og....
Deleteojo putus asa Gus,golek teruuss...sasak kesana kemari ntar jg dpt...
ReplyDeleteohyo aq add fbmu tolong diConfirm gus,aq jg asli cah magelang lho....
Facebookmu sing endi? akeh je sing ngeadd aku... hehe #edisiSombong
Deleteyo jenengq tow: masudi zulfa,le add wis suik rea gek ndang di confirm,mentang2 podo lanange pow?hihii....
Deleteeyalah... padahal aku wes bertekat ora arep moco blogmu gus... ehhh ndillalah kersane ngalah yo tetep mampir neng blog iki... jan peletmu kui lo ndrawasi...
ReplyDeleteKandhani og... kene ki dukun'e wani boros je....
DeleteIni artikel pembelaan diri pasti.. Hmm...
ReplyDeleteWaduh, ketahuan deh....
Deletesing sabar mas nek ibarate mbiyen dek jaman cilikan dolanan endog2an mek wis mentok kari milih "kaum pa lobis nek kaum tak goleke nek lobis goleka dhewe" wkwkwk,,,ijin share ke temen yang senasib mas....
ReplyDeletewah... dolanan lawas kuwi... ng kene saiki wis ra ono sing dolanan... wkwkwk
Deletehahahha... semoga sukses dalam penantian jodohnya... salam jomblo'ers
ReplyDeleteAamiin mbak Maria Ulfa, salam prihatin... hehehe
DeleteTak tunggu kisahe pompa angin dalam kisah pernikahan ningrum..
ReplyDeletelha iyo to mas, taq enteni 5 tahun, eh koq ya calon jodoku kabur kegawa angin tekan pulau seberang.
ReplyDelete:D
jare nek jodo mesti ono dalane. mbuh ketemu neng bis, follower utawa kanca bloger.
sopo ngerti sepeda onthel-e sampeyan kesrempet mobil trus sing nyopir wong wedok ayu, trus ketemu maneh, terus kepincut, trus dadi yange, yang2an numpak pit onthel, trus rabi, anake limo.
:D
ftv: "Jodohku di sepeda onthel"
tinggal jodoh ditangan ALLAH SWT
ReplyDeletepukpuk dah.... tobat nan.... Ghaib
wkwkw.. juragan pertamax ke dampar di marih... nasibe podo mblisz. :v
DeleteNek manut critamu seng ora karuan kui cen jodo di tanganAllah..aku yo yo wes ngglibet rono rene nggolek jodo.eh lah palah seng dadi jodoku meng bedo kecamatan Gus,,,,maune aku yo ngasik mikir kok aku ralek entuk jodo to..mangkakno umur wes telutelu ....,,,yo kui mau aku berusaha berdoa,,neng yo bercermin...alhamdulilah gus..saiki anakku wes limangtahun umure...loh aku kok palah curhat yoo
ReplyDeletejodoh emang di tangan tuhan mas, tapi yen ndak di jukuk yo terus neng tangane tuhan..
ReplyDeletenulis wae surat terbuka untuk calon istrimu mas...heheheuu
Mbulet Yo Ben!
ReplyDeleteSing sabar yo lee.....
ReplyDeletewkwkwk..kae kok ono juragan pertamax harang..nggolek referensi ki jomblis
ReplyDeleteGus, sesuk rek nikah arep lintas provinsi gak? Opo malah lintas benua. Kae neng Rusia akeh cewek-cewek seng ayu tur jombloh :-D
ReplyDeletekalem wae gus, nek jare Afgan "jodoh pasti bertemu". salam pukpuk
ReplyDeleteHallo mas agus, saya silent reader blognya sampeyan yang akhirnya berani memutuskan untuk komentar. Sabar ya mas, jodoh, rejeki, maut udah ada yang atur, saya yakin kalo jodohnya mas agus pasti ngeten (y) :) #PukPukUntukAgus salam kenal mas :)
ReplyDeleteaku kagum sama tulisan2 sampean mas..ringan dan menghibur...salut deh kreatif banget..bakat anda smoga terus berkemban.. kalo bisa dimuat di koran atau majalah mingguan...biar ada honor ..lumayan kan..waktu tahun 80-an ada majalah aneka yg memuat tulisan2 seperti mas agus ini...juga koran..tp sekarang ngga ada lagi keliahatannya ya.....semoga sukses slalu bersama mas agus..dan tetap berkreasi..
ReplyDeletewah shooting nang bukan 4 mata ki...jos tenan mas..haha..
ReplyDeleteMantap gan
ReplyDeleteTerima kasih untuk infonya
ReplyDelete