Tadi malam, lewat pesan chat di facebook, seorang kawan ─yang kalau dilihat dari tekstur kulit keriputnya, beliau seharusnya lebih cocok jadi pakdhe saya─, Rusdi Mathari, atau yang lebih akrab dipanggil Cak Rusdi, bertanya pada saya perihal tanggapan saya tentang Malinda Dee. Ya, Malinda Dee, sosok yang dulu pernah heboh karena kasus pembobolan uang nasabah bank itu.
“Gus, kamu ngikuti soal Malinda Dee, sing silikone pecah Gus?”, tulis cak rusdi dalam pesan chatnya, bagi saya, ini sejenis pertanyaan pancingan, tipikal pertanyaan seorang wartawan.
“Cuma sekilas baca cak, tapi ndak terlalu mengikuti,” balas saya singkat dan cukup diplomatis, saya tak berani menjawab lebih jauh, karena saya masih mencoba meraba, kira-kira pertanyaan apa lagi yang bakal Cak Rusdi ajukan setelah ini.
“Apa pendapatmu soal tubuh indah yang dibuat-buat seperti itu?”, tanya Cak Rusdi, agaknya, ini adalah pertanyaan inti, karena selepas pertanyaan tersebut, Cak Rusdi tak lagi memberikan pertanyaan lain terkait Malinda Dee. Saya agak masygul, karena Cak Rusdi langsung memberikan pertanyaan inti hanya setelah satu pertanyaan pancingan. Sangat tidak interaktif, tadinya saya berfikir, sebagai seorang wartawan yang sudah 24 tahun berkecimpung dalam dunia jurnalistik, Cak Rusdi harusnya bisa sedikit bermain intermezzo. Sedikit berbasa-basi lah. Tapi tak apa, anggap saja sebagai anomali jurnalistik karena faktor usia sang jurnalis :)
Saya sebenarnya ingin langsung menuliskan tangapan saya perihal si Malinda Dee itu, tapi sejurus kemudian, saya berfikir ulang, saya mencoba menjernihkan akal sehat saya. Saya tahu, kalau saya memberikan pendapat saya, besar kemungkinan Cak Rusdi akan menulis artikel tentang tanggapan saya itu, dan saya sadar, itu artinya saya akan kehilangan satu bahan tulisan. Nah, daripada tanggapan saya perihal Malinda ditulis oleh Cak Rusdi, tentu akan lebih baik kalau saya sendiri yang menulis. Sehingga konsepnya bisa agak mirip dengan konsep demokrasi: “Dari saya, oleh saya, dan untuk saya”.
Maka akhirnya saya putuskan untuk menjawab pertanyaan Cak Rusdi tersebut dengan jawaban yang tuntas, “Aku ndak punya pendapat cak!”, tentu agar saya bisa mengelak dan bisa langsung menulis tanggapan saya lewat artikel ini.
Jujur, saya aslinya ndak terlalu tertarik dengan insiden pecah silikon pada wanita pelaku implan. Tapi karena kali ini yang jadi pelaku (atau korban ya?) adalah Malinda Dee, maka saya sebagai laki-laki Indonesia kekinian merasa terpanggil untuk membahasnya. Tentu karena Malinda Dee bukan sosok sembarangan, ia sosok wanita karir yang demi apapun, saya yakin, anda (pria) pasti akan mengambil korelasi sosok dirinya dengan sesuatu bernama payudara. Tak heran, ia memang lekat dengan itu. Bahkan mungkin, hanya Malinda Dee lah wanita yang mampu membuat benang merah yang menghubungkan antara dunia perbankan dengan payudara. (Tolong jangan googling gambar Malinda Dee, ingat, itu termasuk zina mata, dosanya besar)
Kasus pembobolan uang nasabah bank sejatinya bukan kasus yang luar biasa (karena memang sudah sering terjadi), setidaknya tak perlu menjadi headline media selama lebih dari beberapa pekan. Namun Kasus pembobolan uang nasabah oleh Malinda Dee tentu terasa spesial, spesial karena dilakukan oleh seorang karyawan bank berwajah cantik.
Kita semua tahu, bahwa segala sesuatu yang menyangkut wanita cantik akan selalu punya porsi yang lebih besar untuk berkembang menjadi hal yang fenomenal. Polwan itu biasa, tapi kalau polwan-nya Briptu Eka, itu baru luar biasa. Atlet volley wanita itu biasa, tapi kalau yang jadi atlet volley-nya Sabina, itu baru istimewa. Mengendarai mobil sambil mabuk dan menabrak orang itu biasa, tapi kalau yang menabrak itu Novi Amelia, itu baru layak berita.
Kalau untuk kasus Malinda Dee ini, tentu kadar fenomenalnya berlipat ganda, Karena sang tokoh bukan hanya punya paras cantik, namun juga punya ukuran payudara yang jauh di atas ukuran rata-rata wanita Indonesia. Sangat over cemekel kalau kata saya. Payudara yang belakangan diketahui sebagai hasil implan silikon.
Gara-gara kasus pembobolan uang nasabah itu, Malinda Dee akhirnya divonis 8 tahun penjara dalam persidangan tahun 2012 lalu.
Kini, setelah dua tahun tenggelam dalam pemberitaan. Namanya kembali mencuat ke permukaan. Kali ini karena rumor perlakuan khusus yang ia dapat di LP Sukamiskin, dimana tersiar kabar bahwa ia sering tak tinggal di sel-nya karena sakit dan harus menjalani perawatan. Malinda Dee dikabarkan justru lebih banyak menghabiskan waktunya di Klinik ketimbang di sel napi.
Usut punya usut, ternyata Malinda Dee memang sedang menjalani perawatan. Penyebabnya karena silikon yang terpasang di payudaranya meleleh akibat kanker payudara, selain itu, silikon yang ada di pantatnya juga bermasalah, sehingga terpaksa diangkat. “Bokongnya itu sudah tidak punya daging, jadi kulit ketemu tulang. Dokter menganjurkan, untuk mengurangi rasa sakit, silikon harus dipasang,” kata Sri Ulina, Dokter Lembaga Pemasyarakatan Wanita Sukamiskin Bandung.
Konon biaya operasi penyembuhan untuk payudara dan bokongnya itu mencapai ratusan juta dan itu harus ditanggung sendiri oleh Malinda Dee. Itupun ukuran payudaranya tak bisa kembali besar seperti sedia kala, karena kini silikonnya terpaksa diganti dengan ukuran normal. Dan untuk sekedar duduk dan tidur pun, Malinda Dee harus memperhatikan betul posisi tubuhnya.
Payudara besar dan pantat bohai yang dulu menjadi magnet utama penarik perhatian itu kini justru berubah menjadi perkara bagi Malinda Dee.
Sebagai pria waras dengan kadar birahi yang wajar, saya tak menampik bila saya memang lebih menyukai wanita dengan ukuran dada yang cenderung besar, terlebih bila didukung dengan tubuh yang sintal lagi proporsional. Sangat menggairahkan pastinya. Mungkin itu sudah sifat naluriah laki-laki.
Namun menurut saya, ketertarikan semacam itu hanya sebatas pada birahi. Sedangkan di tingkat Hati, tentu laki-laki lebih menyukai wanita yang tampil apa adanya, tanpa permakan, tanpa dempulan pupur, tanpa silikon. Pokoknya tanpa kepalsuan.
Lagipula, Sejauh yang saya tahu, menurut agama yang saya anut, permak atau rombak bagian tubuh adalah sesuatu yang diharamkan, karena itu termasuk dalam perbuatan yang mengubah ciptaan Allah. Permak tubuh tersebut baru bisa berubah hukumnya menjadi boleh, dengan catatan perombakan tersebut sifatnya adalah untuk memperbaiki. Jadi urgensinya fungsional. Misal, penambalan gigi geraham yang growong agar mulut bisa tetap bisa mengunyah makanan dengan lancar.
Intinya, mengubah keadaan tubuh hukumnya dibolehkan hanya jika tujuannya dalam rangka pengobatan, atau mengembalikan pada kondisi normal, dan haram hukumnya jika dilakukan untuk tujuan memperindah penampilan. Dan lagi, apa yang bisa dibanggakan dari bentuk tubuh indah namun manipulatif?
Ingat, Kalau Wanita paling suka dengan kepastian, maka laki-laki paling benci dengan kepalsuan.
Jadi untuk para perempuan di luar sana, izinkan saya untuk memberikan sedikit wejangan. Percaya dirilah dengan fisik yang anda punya sekarang, Tak usah berkecil hati karena anda tak punya tubuh sintal, tak usah malu kalau payudara anda kurang montok, tak usah merasa rendah hanya karena bentuk bokong anda kurang indah. Camkan, Pria memang suka memacari wanita dengan tubuh seksi, tapi akan berfikir dua kali untuk menikahi.
Percayalah, keshalihan, akhlak, kecakapan, dan kecerdasaan jauh lebih utama bagi seorang wanita di mata laki-laki ketimbang tubuh yang sintal dan menggoda.
Ndak seksi ndak apa, yang penting beriman dan bertaqwa, syukur-syukur kalau hafal Pancasila. Hehehe.
Sambil menulis kata-kata terakhir di artikel ini, lamat-lamat saya teringat akan pertemuan saya dengan Cak Rusdi beberapa hari yang lalu, dimana dalam kesempatan itu, beliau mengajari saya teknik ampuh memperbesar penis dengan metode urut.
Saya belum tahu, apakah memperbesar penis termasuk hal yang dilarang atau diperbolehkan. Tapi yang jelas, saya masih belum bisa berbangga diri dengan ukuran penis saya yang sekarang. Jadi, sambil menunggu hasil googling “hukum memperbesar penis”, agaknya ilmu memperbesar penis dari cak Rusdi untuk sementara belum bisa saya amalkan. Setidaknya, sampai waktu yang masih belum bisa ditentukan.
Eh, btw, adakah pembaca yang tahu hukum pasang behel untuk mengurangi tingkat kemrongosan gigi?
Yen koe pasang behel mesakke sik masang gus, kui sama saja mendzolimi orang lain. karena kudu memandang gigi mu dari jarak dekat :v
ReplyDeleteha jenenge we tukang behel, mesti ono wae aral yang merintang... :)
DeleteLha ngopo Gusmus kok pengen reparasi perkutut barang?
ReplyDeleteOpo wis pernah gagal testdrive :D
GusMul mas, hudu Gusmus, engko malah salah sasaran lho....
DeleteOwalah iyo, salah ketik jebule Gus
DeleteIngat, Kalau Wanita paling suka dengan kepastian, maka laki-laki paling benci dengan kepalsuan.
ReplyDeleteMasuk, Gus
Lha anggere kapan tho aku ra masyuk.... ha aku kok.... :)
Deletekok ngerti kalo cemekel? udah pernah po? cemekel e marai kemekel
ReplyDeletecemekel nek adoh, nek cedak cemokot...
DeleteHehehehehe.... Salut bwt mas gusmul.. Sudut pandang tulisannya menghibur..
Deleteah paling sing marakne mbledos silicon'e yo kowe gus, mbok cokot to? ngaku wae!
ReplyDelete"... menurut agama yang saya anut, permak atau rombak bagian tubuh adalah sesuatu yang diharamkan, karena itu termasuk dalam perbuatan yang mengubah ciptaan Allah. Permak tubuh tersebut baru bisa berubah hukumnya menjadi boleh, dengan catatan perombakan tersebut sifatnya adalah untuk memperbaiki. Jadi urgensinya fungsional. Misal, penambalan gigi geraham yang growong agar mulut bisa tetap bisa mengunyah makanan dengan lancar. " Jebul gelar Gus pada Gus Mul gak main main #Salim
ReplyDeleteGak popo mas agus masih wongos sing penting hafal pancasila " peace "
ReplyDeletegus, jurus pijat rahasia ne mbok ya di tulis neng rubrik tips dan trik gus mul.
ReplyDeletehehehe.. ditunggu lho. :D
ditunggu postingan ttg metode urut nya..
ReplyDeleteNek rahasia pijit gak perlu Gus, karena yang penting kualitas, bukan kuantitas
ReplyDeletearah artikel mas agus bener2 terkonsep dengan baik. alur yang beruntung, saling terintegrasi, tata bahasa yang informatif, yang jarang digunakan.. disini malah jadi bahan yang menyejukan mata kalo dibaca. :D
ReplyDeletebtw jangan sampai implan gigimu pecah mas..
Hehehe Piiss
Salam kenal..
jadi hoby baca atikelnya gusmul. pancen oye
ReplyDeletesampean nek jare cah mboton ki pekok tapi cerdas dan menghibur wkwkwkw...
ReplyDeleteIngat, Kalau Wanita paling suka dengan kepastian, maka laki-laki paling benci dengan kepalsuan. Jleb tenan mas !
ReplyDeleteHehehehe...salut bwt mas gusmul..sudut pandang tulisannya menghibur...
ReplyDeleteHa ha ha.... Mronggos Gowo Berkah Gus :D
ReplyDeleteSandale kok hudu swallo gus. Haha melly to kuwi?
ReplyDeleteSandale kok hudu swallo gus. Haha melly to kuwi?
ReplyDelete