“Per harinya, terhitung 40 sampai 50 orang meninggal dunia karena narkotika. Eksekusi mati adalah penegasan bahwa Indonesia tidak main-main.” Begitu kata jaksa agung, HM Prasetyo terkait tanggapannya terkait putusan eksekusi mati terhadap enam terpidana kasus narkoba baru-baru ini.
Saya tak hendak mengomentari soal eksekusi mati-nya, mungkin itu sudah jadi hukum protap. Saya hanya gusar dan geli saja dengan pernyataan pak jaksa agung ini, yang saklek mengkomparasikan sisi adil hukuman mati dengan “efek meninggal” yang ditimbulkan oleh si terpidana.
Geli, apalagi pas bagian “Eksekusi mati adalah penegasan bahwa Indonesia tidak main-main”. Geli, Karena keenam terpidana kasus narkoba yang dihukum mati tadi, rata-rata dalam kasusnya hanya bertindak sebagai sebagai kurir, dan pengedar. Pelaku kejahatan tingkat pertama. Sedangkan yang jadi bos alias gembongnya, justru lolos dari hukuman mati karena mendapat grasi. Sungguh tidak main-main.
Ah, saya lupa, ini Indonesia.
Bukan... bukan, saya bukan hendak menolak hukuman mati untuk para terpidana kasus narkoba, karena kalau memang itu terbukti efektif (kalau terbukti efektif lho ya) untuk memutus mata rantai peredaran narkoba, ya mengapa tidak. Tapi kan harusnya hukuman itu ditegakkan seadil-adilnya. Jangan pilih kasih.
Oke, kembali ke soal “efek meninggal tadi”. Mungkin benar apa kata pak Jaksa Agung, bahwa ada 40 sampai 50 orang yang meninggal setiap harinya karena narkoba. Tapi kalau mau lebih adil dalam komparasi, sejatinya masih banyak lagi terpidana yang lebih membunuh. Koruptor, misalnya (tentu saja).
Kita tahu, ada ribuan nyawa melayang karena tak mendapatkan layanan kesehatan layak hanya karena uang kesehatan ditilep sama oknum-oknum asu (baca:koruptor) itu. Ada ribuan nyawa melayang karena kelaparan hanya karena uang kesejahteraan ditilep sama oknum-oknum celeng (baca:koruptor) itu. Ada pula ribuan nyawa melayang dalam kecelakaan karena kondisi jalan raya buruk yang disebabkan karena uang pembangunan ditilep oknum-oknum bajingan (baca:koruptor) itu.
Dan belum pernah saya dengar ada berita oknum-oknum (baca:koruptor) itu dihukum mati karenanya. Mentok cuma kurungan penjara. Itupun kadang masih banyak yang naik banding.
Ah, saya lupa, ini Indonesia.
Dan kalau mau yang lebih ekstrem lagi. Ada jutaan pria jomblo yang "mampus" tertusuk asmara, terbakar kasih, dan tertikam kesepian. Dan belum pernah saya mendengar para wanita dieksekusi karenanya.
Oh ya, sekali lagi, saya lupa, ini Indonesia. Eh,...maaf, kalau yang ini ndak cuma di Indonesia ding.
Sepakat, tapi kalimat kedua sebelum terakhir saya kurang sepakt. hehe
ReplyDeletehahaha... sudah saya duga sebelumnya.. :)
DeleteYa...inilah indonesia...
ReplyDeleteMy web : lugom community
Indonesia buosss, hiduplah Indonesia raya
Deletetrehnya memang uasu Gus. wkwkwk. Foto dipojok kiri atas itu gak diganti dengan yang melambaikan tangan sekalian gus.
ReplyDeletehaha, ojo... ndak cewek-cewek do kesengsem... malah aku sing repot
Deleteya ini lah indonesa mas agus..ojo kaget..:D
ReplyDeletenegaramu kuwi tho mas... hehe
Deletebarangkali bos besar narkoba semledooot ndes,,,jd dipending sek ndak mubadzir fap fap
ReplyDeleteiki tep konspirasi... :)
DeletePres... Kok nggasi tekan jomblo ki piye jal?
ReplyDeletesengojo kok kang, ben dikomen ro sampeyan.. #Hassuk... hahaha
Deletewakaka,, asu tenan Guss,,,
ReplyDeleteGuk Guk.. wahahaha
Deletecoba sekali kali koruptor di hukum mati ga sah di tembak tapi di jiwit cuilik cuilik sampai mati ben do kapok [lol]
ReplyDeletenek iso sing njiwit kukune rung diketoki, jadine kroso banget....
Deletenarkoba membunuh 40-50 manusia dalam 1 hari,koruptor berdampak membunuh lebih dari 200juta warga negara endonesa,karena uang rakyatnya di tilep Tlegu2 (baca:koruptor) kenapa ga dipancung wae yo mas agus hahahasyu
ReplyDeleteHayo kuwi, mugo-mugo pak Joko moco komenmu iki mas.. hehe
DeleteIndonesia.. Eh endonesa.. Maju perut pantat mundur..
ReplyDeletehayo negaramu itu mas.. hehe
Deletesetuju mas agus, tp kok cewek jg ikut di eksekusi??
ReplyDeleteya sudah, cowok juga boleh kok dieksekusi....:)
DeleteBanyak fakta huasuk dan celeng terkait topik tulisan di atas:
ReplyDelete- permohonan grasi yang terlunta-lunta alias di PHP
- koruptor justru dapat remisi yang luar binasa
Aku turut prihatin wae lah mas... :)
Deleteoalah.. ta' pikir tulisane bener2 serius..
ReplyDeletejebul ngisore tetep ae ala Gus Mus :D
halah, nek hudu urusan ngibadah, rasah terlalu serius...
DeleteAh... Saya juga lupa kalo sedang baca tulisanmu, Gus.. :)
ReplyDeletesama mas, saya juga lupa kalau sedang membalas komentar sampeyan mas.. hehe
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteLa kalo "jomblo" apakah suatu hukuman? Atau malah sebaliknya? ..oh maap saya lupa kalo "nasib ironi yg nyrempet tragis" bukanlah suatu kejahatan..maap1000x :p huehuehehehee
ReplyDeletehahaha... mendadak, semuanya jadi pelupa ya...
Deletestatement sampean tentang " pria jomblo " sungguh sangat sentimentil mas agus itu menunjukan bahwa tingkat kegalauan sampean pada status jomblo sudah mencapai level yang membahayakan...:)
ReplyDeletehaha.. lha ini saya juga sedang merepresentasikan sampeyan juga lho... hehehe
Deleteah, kalimat kedua di paragraf kedua terakhir itu menyakitkan mas.
ReplyDeleteperih... hahaha
DeleteAku baca wah ini serius Mz Agus lagi marah, tp giliran baca bagian oknum asu ngakak seporete .
ReplyDeletehaha, lha sampeyan kok sama asu saja geli...
DeleteKoyoke koe kudu diruwat gus, ben orak jombloh tahun 2015 iki :-D
ReplyDeletewah, ora perlu diruwat.... sing penting ngibadah, nek cen wis jatahe, mesti oleh.. #EdisiPasrahSabarDanTawakal
DeleteAsu tenanan kuwi koruptor karo bandar narkoba. Tapi sejujurnya dan sedalam-dalamnya dari lubuk hati saya TIDAK SETUJU jika ini gara-gara INDONESIA dan kita menyalahkan INDONESIA. Indonesia tak salah, Indonesia justru harus dibangun. Yang perli dimusnahkan adalah orang orang asu yang seperti Raden Gus Mul katakan di atas. Sekali lagi Tanah Air ini tak pernah salah. Tanah Air ini justru jadi perasan manis para asu asu itu.
ReplyDeletebahasamu sangar tenan kas... hoo, ce kudune wong-wong sing koyo ng nduwur kuwi dibazooka kok yo... ben ra ngrusak, isone mung ngrokoti..
DeleteLaahhh, buntut-buntutnya knapa jadi jomblo? Salam kenal yaa :)
ReplyDeleteHahaha, salam kenal mbak...
DeleteMemang gak adil sih. Kalau yang big boss nya mati mungkin seru juga.. :D
ReplyDeleteDan apalagi kalau tikus-tikus di pemerintahan yang ditembak.. Lah yang ada paling dibebasin yaa.
pokoknya tak tunggu kapan tibanya masa itu.. hehehe
DeleteMas Agus, entar ditawari jadi bos narkoba njur piye.
ReplyDeleteNarkoba, narik kolore bapak, hehehe
DeleteBlogger cerdas...konten blog ini tdk hanya menghibur tapi juga "berisi" dan bermanfaat.
ReplyDeleteTetap semangat berkarya Gus, sukses selalu!
sik, tak sholat sikik....
ReplyDeleteSaya setuju kalau koruptor dan terpidana kasus narkotika dihukum mati. Yang satu merusak anak bangsa. Yang satu merusak anggaran anak bangsa.
ReplyDeleteHukuman mati dilaksanakan karena ada undang-undang yang mengaturnya. Kalau jomblo mati karena asmara yaaaa itu sudah takdirnya.
ReplyDeleteSalam hangat dari Surabaya
Untung sampeyan ingetin kalau saya ini tinggal di Indonesia mas......kalau tidak sudah lupa saya.....
ReplyDeletekenapa saya dari setahun lebih kemarin, rada ndak mau komen di blog ini? Ngenes Mas saya juga Jomblo seakan kalau komen disini menyetujui jaddi jomblo itu keren ngahaha...
ReplyDeletePerihal hukuman mati buat pengedar, itulah Indonesia
Saya setuju mas, saya rasa pemberian grasi itu ada baiknya tapi harusnya langsung dimasuki di penjara belanda. Dipasung dan dibiarkan jongkok dalam penjara, tiap hari dibeset tubuhnya pake piso trus disirem garem dan ke bagian yang luka, berlaku juga buat kotuptor. Itu baru adil.
ReplyDeletekalau urusan jomblo menjomblo saya abstain takut jadi musuh para perempuan hahahaha, jomblo itu salah satu penyakit masyarakat yang paling akut.~
Mas Agus memang TOP!!
ReplyDeleteAku dari kemarin kok ya kepikiran soal ini, tapi welehdeleeehh... syusyah mengeksekusinya jadi tulisan yang gurih--sedap---mantap--nampol--kayak punya njenengan ini.
HHAHAHAHAA,
ReplyDeleteORA WEDI KARO PAK JAKSA AGUNG WE GOS
Kl ga dihukum mati, dipotong aja tangannya, kan nilep uang rakyat
ReplyDeletengenes men uripmu, mas..
ReplyDeleteKomparasi jagung itu sungguh tak mengena.
ReplyDeleteJadi selama ini main-main ya? Malah ada yang di beri grasi. Yang diberi grasi itu pengacaranya Farhat Abas, sudah diakui oleh pengacaranya kok. Kampreet..
Eh, negaramu kuwi to mas Agus.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteKoruptor kok malah dibiarin....
ReplyDeleteAq penasaran karo comment sing di remove, emang komen opo lek???
ReplyDeletejangan samakan narkoba dan koruptor mas.... sampeyan tahu lagu bento touw...
ReplyDeleteHebat njenengan Gus
ReplyDelete"Dan kalau mau yang lebih ekstrem lagi. Ada jutaan pria jomblo yang "mampus" tertusuk asmara, terbakar kasih, dan tertikam kesepian. Dan belum pernah saya mendengar para wanita dieksekusi karenanya." Bisa jadi quote keren nih
ReplyDelete