Agus Mulyadi Njaluk Rabi

Efek Meninggal dan Hukuman Mati

| Sunday, 18 January 2015 |

“Per harinya, terhitung 40 sampai 50 orang meninggal dunia karena narkotika. Eksekusi mati adalah penegasan bahwa Indonesia tidak main-main.” Begitu kata jaksa agung, HM Prasetyo terkait tanggapannya terkait putusan eksekusi mati terhadap enam terpidana kasus narkoba baru-baru ini.

Saya tak hendak mengomentari soal eksekusi mati-nya, mungkin itu sudah jadi hukum protap. Saya hanya gusar dan geli saja dengan pernyataan pak jaksa agung ini, yang saklek mengkomparasikan sisi adil hukuman mati dengan “efek meninggal” yang ditimbulkan oleh si terpidana.

Geli, apalagi pas bagian “Eksekusi mati adalah penegasan bahwa Indonesia tidak main-main”. Geli, Karena keenam terpidana kasus narkoba yang dihukum mati tadi, rata-rata dalam kasusnya hanya bertindak sebagai sebagai kurir, dan pengedar. Pelaku kejahatan tingkat pertama. Sedangkan yang jadi bos alias gembongnya, justru lolos dari hukuman mati karena mendapat grasi. Sungguh tidak main-main.

Ah, saya lupa, ini Indonesia.

Bukan... bukan, saya bukan hendak menolak hukuman mati untuk para terpidana kasus narkoba, karena kalau memang itu terbukti efektif (kalau terbukti efektif lho ya) untuk memutus mata rantai peredaran narkoba, ya mengapa tidak. Tapi kan harusnya hukuman itu ditegakkan seadil-adilnya. Jangan pilih kasih.

Oke, kembali ke soal “efek meninggal tadi”. Mungkin benar apa kata pak Jaksa Agung, bahwa ada 40 sampai 50 orang yang meninggal setiap harinya karena narkoba. Tapi kalau mau lebih adil dalam komparasi, sejatinya masih banyak lagi terpidana yang lebih membunuh. Koruptor, misalnya (tentu saja).

Kita tahu, ada ribuan nyawa melayang karena tak mendapatkan layanan kesehatan layak hanya karena uang kesehatan ditilep sama oknum-oknum asu (baca:koruptor) itu. Ada ribuan nyawa melayang karena kelaparan hanya karena uang kesejahteraan ditilep sama oknum-oknum celeng (baca:koruptor) itu. Ada pula ribuan nyawa melayang dalam kecelakaan karena kondisi jalan raya buruk yang disebabkan karena uang pembangunan ditilep oknum-oknum bajingan (baca:koruptor) itu.

Dan belum pernah saya dengar ada berita oknum-oknum (baca:koruptor) itu dihukum mati karenanya. Mentok cuma kurungan penjara. Itupun kadang masih banyak yang naik banding.

Ah, saya lupa, ini Indonesia.

Dan kalau mau yang lebih ekstrem lagi. Ada jutaan pria jomblo yang "mampus" tertusuk asmara, terbakar kasih, dan tertikam kesepian. Dan belum pernah saya mendengar para wanita dieksekusi karenanya.

Oh ya, sekali lagi, saya lupa, ini Indonesia. Eh,...maaf, kalau yang ini ndak cuma di Indonesia ding.




Sawer blog ini

65 comments :

  1. Sepakat, tapi kalimat kedua sebelum terakhir saya kurang sepakt. hehe

    ReplyDelete
  2. trehnya memang uasu Gus. wkwkwk. Foto dipojok kiri atas itu gak diganti dengan yang melambaikan tangan sekalian gus.

    ReplyDelete
    Replies
    1. haha, ojo... ndak cewek-cewek do kesengsem... malah aku sing repot

      Delete
  3. ya ini lah indonesa mas agus..ojo kaget..:D

    ReplyDelete
  4. barangkali bos besar narkoba semledooot ndes,,,jd dipending sek ndak mubadzir fap fap

    ReplyDelete
  5. Pres... Kok nggasi tekan jomblo ki piye jal?

    ReplyDelete
    Replies
    1. sengojo kok kang, ben dikomen ro sampeyan.. #Hassuk... hahaha

      Delete
  6. coba sekali kali koruptor di hukum mati ga sah di tembak tapi di jiwit cuilik cuilik sampai mati ben do kapok [lol]

    ReplyDelete
    Replies
    1. nek iso sing njiwit kukune rung diketoki, jadine kroso banget....

      Delete
  7. narkoba membunuh 40-50 manusia dalam 1 hari,koruptor berdampak membunuh lebih dari 200juta warga negara endonesa,karena uang rakyatnya di tilep Tlegu2 (baca:koruptor) kenapa ga dipancung wae yo mas agus hahahasyu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hayo kuwi, mugo-mugo pak Joko moco komenmu iki mas.. hehe

      Delete
  8. Indonesia.. Eh endonesa.. Maju perut pantat mundur..

    ReplyDelete
  9. setuju mas agus, tp kok cewek jg ikut di eksekusi??

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya sudah, cowok juga boleh kok dieksekusi....:)

      Delete
  10. Banyak fakta huasuk dan celeng terkait topik tulisan di atas:
    - permohonan grasi yang terlunta-lunta alias di PHP
    - koruptor justru dapat remisi yang luar binasa

    ReplyDelete
  11. oalah.. ta' pikir tulisane bener2 serius..
    jebul ngisore tetep ae ala Gus Mus :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. halah, nek hudu urusan ngibadah, rasah terlalu serius...

      Delete
  12. Ah... Saya juga lupa kalo sedang baca tulisanmu, Gus.. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. sama mas, saya juga lupa kalau sedang membalas komentar sampeyan mas.. hehe

      Delete
  13. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  14. La kalo "jomblo" apakah suatu hukuman? Atau malah sebaliknya? ..oh maap saya lupa kalo "nasib ironi yg nyrempet tragis" bukanlah suatu kejahatan..maap1000x :p huehuehehehee

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha... mendadak, semuanya jadi pelupa ya...

      Delete
  15. statement sampean tentang " pria jomblo " sungguh sangat sentimentil mas agus itu menunjukan bahwa tingkat kegalauan sampean pada status jomblo sudah mencapai level yang membahayakan...:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. haha.. lha ini saya juga sedang merepresentasikan sampeyan juga lho... hehehe

      Delete
  16. ah, kalimat kedua di paragraf kedua terakhir itu menyakitkan mas.

    ReplyDelete
  17. Aku baca wah ini serius Mz Agus lagi marah, tp giliran baca bagian oknum asu ngakak seporete .

    ReplyDelete
    Replies
    1. haha, lha sampeyan kok sama asu saja geli...

      Delete
  18. Koyoke koe kudu diruwat gus, ben orak jombloh tahun 2015 iki :-D

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah, ora perlu diruwat.... sing penting ngibadah, nek cen wis jatahe, mesti oleh.. #EdisiPasrahSabarDanTawakal

      Delete
  19. Asu tenanan kuwi koruptor karo bandar narkoba. Tapi sejujurnya dan sedalam-dalamnya dari lubuk hati saya TIDAK SETUJU jika ini gara-gara INDONESIA dan kita menyalahkan INDONESIA. Indonesia tak salah, Indonesia justru harus dibangun. Yang perli dimusnahkan adalah orang orang asu yang seperti Raden Gus Mul katakan di atas. Sekali lagi Tanah Air ini tak pernah salah. Tanah Air ini justru jadi perasan manis para asu asu itu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. bahasamu sangar tenan kas... hoo, ce kudune wong-wong sing koyo ng nduwur kuwi dibazooka kok yo... ben ra ngrusak, isone mung ngrokoti..

      Delete
  20. Laahhh, buntut-buntutnya knapa jadi jomblo? Salam kenal yaa :)

    ReplyDelete
  21. Memang gak adil sih. Kalau yang big boss nya mati mungkin seru juga.. :D
    Dan apalagi kalau tikus-tikus di pemerintahan yang ditembak.. Lah yang ada paling dibebasin yaa.

    ReplyDelete
    Replies
    1. pokoknya tak tunggu kapan tibanya masa itu.. hehehe

      Delete
  22. Mas Agus, entar ditawari jadi bos narkoba njur piye.

    ReplyDelete
  23. Blogger cerdas...konten blog ini tdk hanya menghibur tapi juga "berisi" dan bermanfaat.
    Tetap semangat berkarya Gus, sukses selalu!

    ReplyDelete
  24. sik, tak sholat sikik....

    ReplyDelete
  25. Saya setuju kalau koruptor dan terpidana kasus narkotika dihukum mati. Yang satu merusak anak bangsa. Yang satu merusak anggaran anak bangsa.

    ReplyDelete
  26. Hukuman mati dilaksanakan karena ada undang-undang yang mengaturnya. Kalau jomblo mati karena asmara yaaaa itu sudah takdirnya.
    Salam hangat dari Surabaya

    ReplyDelete
  27. Untung sampeyan ingetin kalau saya ini tinggal di Indonesia mas......kalau tidak sudah lupa saya.....

    ReplyDelete
  28. kenapa saya dari setahun lebih kemarin, rada ndak mau komen di blog ini? Ngenes Mas saya juga Jomblo seakan kalau komen disini menyetujui jaddi jomblo itu keren ngahaha...

    Perihal hukuman mati buat pengedar, itulah Indonesia

    ReplyDelete
  29. Saya setuju mas, saya rasa pemberian grasi itu ada baiknya tapi harusnya langsung dimasuki di penjara belanda. Dipasung dan dibiarkan jongkok dalam penjara, tiap hari dibeset tubuhnya pake piso trus disirem garem dan ke bagian yang luka, berlaku juga buat kotuptor. Itu baru adil.
    kalau urusan jomblo menjomblo saya abstain takut jadi musuh para perempuan hahahaha, jomblo itu salah satu penyakit masyarakat yang paling akut.~

    ReplyDelete
  30. Mas Agus memang TOP!!
    Aku dari kemarin kok ya kepikiran soal ini, tapi welehdeleeehh... syusyah mengeksekusinya jadi tulisan yang gurih--sedap---mantap--nampol--kayak punya njenengan ini.

    ReplyDelete
  31. HHAHAHAHAA,

    ORA WEDI KARO PAK JAKSA AGUNG WE GOS

    ReplyDelete
  32. Kl ga dihukum mati, dipotong aja tangannya, kan nilep uang rakyat

    ReplyDelete
  33. Komparasi jagung itu sungguh tak mengena.
    Jadi selama ini main-main ya? Malah ada yang di beri grasi. Yang diberi grasi itu pengacaranya Farhat Abas, sudah diakui oleh pengacaranya kok. Kampreet..
    Eh, negaramu kuwi to mas Agus.

    ReplyDelete
  34. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  35. Aq penasaran karo comment sing di remove, emang komen opo lek???

    ReplyDelete
  36. jangan samakan narkoba dan koruptor mas.... sampeyan tahu lagu bento touw...

    ReplyDelete
  37. Hebat njenengan Gus

    ReplyDelete
  38. "Dan kalau mau yang lebih ekstrem lagi. Ada jutaan pria jomblo yang "mampus" tertusuk asmara, terbakar kasih, dan tertikam kesepian. Dan belum pernah saya mendengar para wanita dieksekusi karenanya." Bisa jadi quote keren nih

    ReplyDelete

Tentang Saya

Saya Agus Mulyadi, biasa dipanggil Gus Mul (bukan lulusan pesantren seperti Gus Dur, Gus Muh, maupun Gus Mus. Gus Mul hanya akronim dari nama saya). Blogger dan Freelance Layouter. Kini berusia 24 tahun. Aktif di Karang Taruna dan Komunitas Blogger Magelang Pendekar Tidar. Profil lebih lengkap, Lihat Disini
 
Copyright © 2010 Blog Agus Mulyadi , All rights reserved
Design by DZignine . Powered by Blogger