Sudah dua hari terakhir ini air ledeng dari PAM di Banyurojo dan beberapa kelurahan lain di Mertoyudan mati total. Kabar yang beredar, hal ini disebabkan karena adanya kerusakan (lebih tepatnya kebocoran) saluran air di toren PAM karena hujan deras yang mengguyur Magelang dua hari yang lalu.
Kini, di kampung saya, air bersih benar-benar menjadi benda langka yang sangat berharga dan sangat sulit didapatkan. Sangat kontras dengan nama desa saya, Banyurojo (raja air).
Kelangkaan air ini kemudian memaksa banyak warga untuk bisa lebih beradaptasi dengan keadaan. Saya salah satunya.
Sebagai salah satu makhluk yang paling sering menghabiskan banyak waktu di kamar mandi, saya kini harus lebih hemat dan selektif dalam menggunakan air.
Sebisa mungkin, saya akan berusaha untuk tidak berak atau kencing di siang hari, karena susah sekali mendapatkan air untuk cebok. Kalau malam sih oke saja, karena masih bisa nunut berak atau kencing di kali di depan kompleks perumahan akademi militer di seberang kampung. Persetan dengan petugas jaga yang mungkin bakal menyorot pantat kenyal saya dengan lampu senter. Anggap saja itu cendera mata salam kenal dari saya. Bukankah pepatah mengatakan: Tak kenyal maka tak sayang?.
Kalaupun terpaksa harus buang hajat siang hari, ya mau bagaimana lagi. Saya harus berubah menjadi orang kulon yang cukup cebok dengan menggunakan tissu. Berat memang, tapi tetap harus dilakukan (yo meh piye meneh). Okeee, Menurut ajaran agama saya, cebok dengan tissu memang diperbolehkan, tapi bagi saya, tetap saja, rasanya belum marem kalau belum menggunakan air.
Urusan wudhu pun saya terpaksa harus mbukak yutub dulu, cari video tutorial bagaimana cara berwudhu dengan satu gelas air (1 mud). Dan alhamdulillah, sejauh ini, belum ada masalah.
Untuk urusan ngopi, kini saya tak bisa sembarangan ngopi-ngopi bareng kawan-kawan di kamar loteng saya. Maklum, air di galon harus saya manfaatkan dengan seefektif mungkin. Boleh ngopi, asal air bawa sendiri. Terkesan kejam dan tega memang, tapi mau bagaimana lagi. Bukankah "tanah air" memang sudah selayaknya diperjuangkan? hehehe.
Tapi dari seluruh problema air bersih ini, setidaknya ada satu berkah yang bisa saya dapat. Setidaknya, kini saya tak bakal berani coba-coba buka situs esek-esek. Tentu ada alasan lain selain alasan "takut dosa".
Please deh, di saat kondisi krisis air seperti ini, rasanya kurang etis kalau harus menghabiskan air bergayung-gayung hanya untuk mandi junub cuma karena khilaf memainkan jari-jari tangan.
Oh, ya, untuk kawan-kawan (terutama kawan-kawan perempuan), saya sarankan jangan mampir dulu ke rumah saya. soalnya, sudah dua hari ini saya ndak mandi.
Bukan apa-apa sih, saya cuma takut, kalian bakal jatuh cinta sama aroma tubuh saya. Cukuplah gigi saya saja yang menyihir kalian, aroma tubuh saya jangan.
Mandi Kucing wae Gus, opo nganggo tisu basah malah seger. Wkkkk...
ReplyDeletewah, ra biasa je.... :)
DeleteMandi di kali mas AGus.... Suasa alamnya terasa banget
ReplyDeletewah, lha kali sekarang ndak seperti kali yang dulu je.. :)
DeleteMandinya pakai debu aja gus haaaa
ReplyDeletepadakno tayamum wae... malah mbledug
DeleteDUGAMU GOES, WONG JAGA KOK KEI BOKONG. LEK DI DOR BOKONGMU LO. ISO DADI UDUN SEMAT
ReplyDeleteJebul hobimu COL.........iiiiii to gus????????? bang..bayik....umur sak kowe rung wani K*nthuuu......bahahahhahaha
ReplyDeleteGak usah mandi cukup lap badan pakai handuk kecil basah, hehe...
ReplyDelete