Banyak pendaki yang cuma mendaki untuk kesenangan, tanpa memikirkan etika mendaki. Babat sana-sini, buang sampah seenak udel sendiri.
Mendaki gunung pun hanya agar bisa berfoto di puncak dengan pose memegang kertas A4 bertuliskan pesan yang menye-menye, untuk kemudian diupload (baca:dipamerkan) di facebook dan di tag kepada kawan-kawan atau sang pujaan hati.
Dan ketika ditanya, apa alasan mendaki gunung, jawabnya hebat dan revolusioner: “Lha aku kan pecinta alam, ingin merasakan bukti kebesaran sang Pencipta,”
Pecinta alam taik lah, Pecinta alam itu kalau mendaki gunung, sampahnya kalau bisa ditelan, bukan dibuang bebas seperti mantan.
Lagipula, Bukankah pecinta alam yang sesungguhnya adalah justru dia yang tak pernah berambisi untuk menjamah alam?
Kalau memang sampeyan tak bisa menjadi pemulung saat mendaki, tak usahlah mendaki, cukup duduk manis di rumah dan nonton D'Academy.
*kemudian muncul komen: “jangan digeneralisir dong gus, nggak semua pendaki seperti itu!”
Wah, nyindir aku kik.. haha
ReplyDeletewah, ono sing kesindir ig... aku ra melu-melu lho ya, hahaha
DeletePendaki yang tidak membawa sampahnya ke bawah itu KAMPRET..... *udah gitu aja
ReplyDeletesampeyan bukan termasuk KAMPRET tho? haha
Deletelek aku ketemu sampah ngono, biasane langsung tak bakar gus. Tak enteni sampek entek sampahe
ReplyDeletewah, nek kuwi malah marai polusi, hehehe
DeletePara pendaki Ababil..
ReplyDeletedan Ngalai... :)
Deletejangan digeneralisir dong gus, nggak semua pendaki seperti itu. Saya sukanya mendaki gunung kembar Gus..
ReplyDeletewedian, ngeri tenan... keras nek iki, aku ra wani
DeleteNgga ditelan juga, aku sama temen-temen biasa bawa trash bag masing-masing 1 ukuran besar buat bawa sampah dari atas. Alhamdulillah. :)
ReplyDeleteSaya kan bilangnya kalau pecinta alam, lha memangnya sampeyan sama teman-teman pecinta alam? kalau pendaki, mungkin iya
DeleteMendaki gunung kalo cuma buat nampang lalu di publish di medsos ya gak baguslah. Apalagi ninggalin sampah kayak di foto atas.
ReplyDeleteYo mas, sekarang emang lagi jaman kalo gak backpakeran yo manjat gunung, rasane wes koyo mbois tenan
ReplyDeletebiasane pendaki anyaran nggono kui mas bro
ReplyDeleteHahaha, yang kutangkep dari postingan ini, pecinta alam itu gak mungkin menjamah alam dengan kasar, ya kan, Mas Gusmul? :D
ReplyDeleteManteb gus. Memang seharusnya ada tindakan tegas
ReplyDelete..Lagipula, Bukankah pecinta alam yang sesungguhnya adalah justru dia yang tak pernah berambisi untuk menjamah alam?....- Anda pasti pecinta wanita
ReplyDeletejosss!, ijin share gus!
ReplyDeleteHudu aku logus seng mbuang sampah sembarangan... jal takon mas hen wae cok ngerti deknen..
ReplyDeleteiku neng dieng yo kang? :v
ReplyDeleteMembuang sampah sembarangan saat kegiatan cinta alam bukan mendaki gunung / alam tapi itu memaki gunung.. Sehingga gunung nanti akan marah.. entah kapan marahnya akan di luapkan
ReplyDeleteMendingan gak usah naik gunung, menikmati alam kalo tujuannya cuma ngerusak, naroh sampah, n corat coret batu
ReplyDeleteAku biasane ndheprok nang omah e. Ora tau munggah gunung, samar yen malah dadi rusak (awakku). :D
ReplyDeleteTenan kejadian ya Gus,
ReplyDeleteKowe cen visioner kok.
aku ora lho kang..sampah ku slu tak bawa turun :-D
ReplyDeleteAyuuk mas agus ikut bersih bersih gunung, tindakan langsung lebih nyata.ketimbang komentar.
ReplyDeleteJangan seperti navigator yang gak iso mengendarai mobil. 😁
Apa yang salah dari menjadi seorang navigator? Bukankah Navigator ataupun Driver tujuannya sama? sama-sama menginginkan garis finish
DeleteSEMERU OHH SEMERUKU.. RANU PANE PENUH DENGAN SAMPAH.. WTF..
ReplyDeleteSAVE MY SEMERU
Setidaknya kita harus menjaga dan melestarikan alam kita
ReplyDeletejoss peduli lingkungan http://bit.ly/2oKjYkM
ReplyDelete