Beberapa hari yang lalu, Mahkamah Agung Amerika Serikat akhirnya mengetok palu untuk melegalkan pernikahan sesama jenis di Seluruh Negara Bagian Amerika. Sejarah baru akhirnya terukir. Publik pun kemudian menyambut dan merayakan putusan ini dengan aneka bentuk visual pelangi, yang merupakan bendera resmi komunitas homoseks. Tagar #CelebratePride dan #LoveWins pun menggema mengiringi riuh ramai gambar pelangi (Kasihan anak-anak TK yang baru belajar menggambar pelangi pakai pensil warna, kecil-kecil sudah dicap "bibit-bibit antek Homoseks", hehehe)
Bagi kebanyakan kaum LGBT, keputusan ini tentu menjadi sebuah kemenangan besar. Bagi kaum yang lain, ini adalah salah satu kerusakan yang nyata untuk akidah. Sedangkan bagi agusmulyadi.web.id, ini adalah bahan yang bagus untuk menaikkan rating dan menambah jumlah pembaca (dan juga haters, tentunya) hehehe.
Jujur, saya sendiri memproklamirkan diri untuk berada dalam barisan yang menolak undang-undang pernikahan sesama jenis. Terlebih sebagai seorang muslim, saya meyakini, bahwa homoseksualitas adalah penyimpangan dan dosa besar.
Menurut saya, menjadi seorang homoseks tak ubahnya seperti menjadi seorang pemabuk. Masing-masing pribadi punya kontrol untuk mengendalikan dirinya sendiri. Jadi saya rasa, bukan sebuah kemustahilan bagi seorang homoseks untuk bisa sembuh, sama halnya dengan seorang pemabuk dan kemudian tobat dan berhenti minum minuman keras.
Itulah salah satu sebab kenapa saya menolak keras pelegalan nikah sesama jenis. Karena pelegalan nikah sesama jenis akan memperkecil kemungkinan seorang homoseks untuk bisa sembuh. Dengan adanya legal marriage, mereka akan semakin tidak punya niat untuk bisa sembuh dan berubah. “Buat apa sembuh, toh nikah sesama jenis juga sah kok!”
Kalau dalam rangka mencari pengakuan dan hak untuk tidak dijauhi dan tidak dianggap hina serta diperlakukan setara di dalam masyarakat, jelas saya sangat mendukung para homoseks untuk mendapatkannya. Bahkan saya rasa, itu wajib hukumnya, Tapi kalau untuk pernikahan, Jangan deh.
Alasan klise yang sering digunakan para kaum homoseks untuk bisa menikah legal adalah bahwa menikah itu bertujuan untuk mendapatkan kebahagiaan, dan jika seseorang menolak pernikahan sejenis, berarti ia termasuk membatasi kebahagiaan makhluk lain.
Tak salah memang, namun mereka lupa, bahwa menikah bukan semata perkara mencari bahagia. Pernikahan juga tentang bagaimana mendapatkan keturunan yang baik dari laku proses yang baik pula. Kalau cuma mau mencari bahagia, ndak usah menikah, cukup perbanyak piknik saja.
“Tapi kami saling cinta, dan cinta tanpa nikah itu siksa, kami harus nikah, ga peduli orientasi seksual kami, love has no gender”
Iya.. iya… tapi mbok ya ingat, masih ada pameo lenjeh lain yang harus kita pegang erat, yaitu “Cinta tak harus memiliki (baca: menikahi)”. Cinta dan nikah tak selalu menjadi dua entitas yang senantiasa berjalan beriringan.
Saya bisa dengan mudah mencintai Raisa, tapi sulit bagi saya untuk menikahinya.
Bukankah tingkatan cinta yang paling tinggi adalah saat kedua insan mampu mengorbankan perasaan masing-masing untuk kebaikan masing-masing pula?. Dan saya yakin, menjalani kehidupan sesuai kodrat seksual adalah juga merupakan salah satu kebaikan yang sebaik-baiknya.
Mungkin akan sangat berat menjalaninnya. Saya sendiri juga belum pernah merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang gay. Alhamdulillah, sampai detik ini, saya masih merasa sebagai pria straight, (ndak tahu deh nanti sore gimana). Yah, setidaknya, saya masih cukup ngaceng lah kalau dikasih lihat belahan tetek dedek-dedek gemez. Jadi saya tidak tahu, bagaimana susahnya bagi seorang gay untuk bisa keluar dari lingkaran ke-homoseks-annya untuk kemudian menjalin kehidupan normal.
Tapi saya percaya, usaha, niat, dan kerja keras tak akan pernah mengkhianati. Tugas kita kan berusaha dan berdoa, soal hasil, itu urusan Tuhan. Dan lagipula, semakin besar cobaan seseorang, semakin mulia pula kedudukan yang akan ia dapatkan jika ia mampu melewatinya.
Untuk kawan-kawan homoseks, yakinlah. Perubahan adalah hal yang sangat mungkin.
Dan bagi kita yang saat ini sudah diberikan nikmat straight oleh Alloh SWT, mari kita mensyukuri nikmat straight ini dengan tidak menghujat kaum Homoseks.
Sebagai sesama manusia, kita punya kewajiban untuk memperlakukan para homoseks dengan perlakuan yang sebaik-baiknya. Kita juga punya kewajiban untuk mendampingi, memperingatkan, juga memberikan nasehat. Syukur-syukur kalau bisa memberikan solusi dan jalan keluar.
Tapi kaum homoseks sebaiknya juga harus sadar diri dalam bersikap, setidaknya, kalau dinasehati, ya minimal kooperatif lah, jangan malah ngeyel dan membalas dengan jawaban sengak “Lha elu belum ngrasain enaknya jadi homoseks siiiih!” atau “Kalau belum pernah jadi homoseks, jangan sok-sok-an ngasih nasehat deh!”
Karena sebaik-baik homoseks adalah ia yang menyadari bahwa dirinya salah dan di dalam hati kecilnya masih punya niatan untuk bisa berubah.
Alam kembali ke zaman jahiliah ya Mas Agus. Hidup straight!!!
ReplyDeleteHidup keragaman...
DeleteBener iku gus...
ReplyDeleteLek akeh homo lha, akeh cewe sing jomblo gus...
sopo eruh ono sing kpincut...
hus, ojo mencari kesempatan dalam kesempitan ngono tho...
DeleteMumpung belom lesbi, kebetulan saya termasuk single & oportunis. So, boleh kenalan mas? *kedip-kedip mata :D
Deletegus.. iki wes kode keras lho
Deleteduh Gus pucuk dicinta ulam tiba tuh, dek gupita udah ngasih kode :3 , nek ra gelem tak pek e wae gus :D
DeleteAda yg kedip-kedip mata piye masbro 😍
DeleteJaman wes edan, ciri2 kiamat sdh dekat 😱
numpak lapak www.d4f-community.com
Coba liat di gugel mas ttg perilaku homoseks...sains bisa menjelaskan itu...sy lebih setuju pemerintah jgn terlalu banyak ikut campur...
ReplyDeleteHasil penelitian sains yng valid masih meragukan, ada yang bilang itu genetik, ada yang bilang nggak. jadi, untuk saat ini, sains belum bisa menjelaskan (setidaknya menjelaskan secara gamblang)
DeleteDan untuk soal pemerintah, saya berkebalikan dengan anda, saya justru merasa, pemerintah wajib ikut campur...
Mksdnya gni mas...wong ga dilegalkan pemerintah az buktinya banyak homoseks yg udah tinggal bersama apalagi klo dilegalkan...yg saya permasalahkan adalah kutipan anda mas...kenapa menjadi homoseks merupakan suatu dosa besar?
Deletelha, soalnya di undang-undang, yg tidak boleh tinggal bersama itu laki-laki dan perempuan, homoseks harusnya gembira akan hal ini.. hehehe
DeleteKalau kenapa homoseks (liwath) menjadi dosa besar, ya karena memang begitu yang tertulis dalam ayat suci saya, Al ‘Ankabuut 28-29, Dan saya tak bisa membantah.
tidak bisa membantah....itulah kelebihannya
DeleteNamanya juga kitab suci mas, jadi harus diyakini kebenarannya, Lha kalau kitab suci pun harus dibantah, lalu apa bedanya dengan jurnal ilmiah?
Delete"Lha kalau kitab suci pun harus dibantah, lalu apa bedanya dengan jurnal ilmiah?" <-- suka quote nya :D
DeleteNek masalah iman yo kari percoyo ora kan Gus, nek mas my blog kuwi ora percoyo karo kitab suci ne awake dhewe yo ora opo-opo, aku yo ora mekso
Deletekeren jawaban: Lha kalau kitab suci pun harus dibantah, lalu apa bedanya dengan jurnal ilmiah?
Deleteiki jawabanne sekelas Doktor....keren..keren...Doktor Gigi Gus Mul....huuaaaaaaayaaaaahhhhh....*salut buat Gus Mul
"Lha kalau kitab suci pun harus dibantah, lalu apa bedanya dengan jurnal ilmiah?"
Deletemantab niki GUS,,
nek arane tingkatan,,, jenengan niki wis tingkatan JADAB,, hehehehe...
untuk my blog
pisang kq makan pisang,,, nah si nyemot makan apa???
Satu lagi mas....beda pendapat tidak bisa disebut haters???apa bedanya anda sama jonru..bagi saya beda pendapat itu lumrah...
ReplyDeleteLha memangnya siapa yg bilang kalau beda pendapat itu harus disebut haters mas?... di bagian mana saya bilang begitu?
DeleteLucu tapi menohok :)
DeleteSalsa
tugas kita untuk mengingatkan :D
DeleteWes rampungan debate cak myblog? ije eling due kitab ra?
DeleteKowe kurang piknik gus haha
ReplyDeletehoo je mas, mangkane nek dolan-dolan aku mbok di jak... hahaha
DeleteSetuju mas agus. Lama lama agama jadi asing untuk pengikutnya. Saya lihat anak muda terperangkap dengan kalimat "kalo lu gak dukung lgbt berarti otak lu masih otak purba". Jadi pada ikut ikutan.
ReplyDeleteBertaqwa itu sulit sama sebagaimana mempunyai sifat manusiawi, keduanya butuh pengorbanan besar. Salut untuk mereka yang mampu menjalankan keduanya.
ReplyDeleteSetuju sekali... karena besar ganjarannya, maka sulit laku tirakatnya
DeleteLha bertakwa ki hadiahe sorgo je, makana sulit, lha yen bertakwa ki hadiahe payung cantik mesti gampang
Deleteuntung km nulis ini gus, klo enggak tak unfollow sekalian hehe
ReplyDeletewahahaha, ngancem nih ye.. hehe
DeleteKaum nabi Luth dihujani batu gara2 pada homo
ReplyDeleteSemoga kita selamat dari yang demikian...
DeleteRaiso mbayang ne aku gus, karep,e mereka ki pie :3
ReplyDeleteyo wis tho mas, rasah dibayangke, hehehe
Deletetapi luwih ra isok mbayangno nek mas agus enthuk raisa..
DeleteManusia kembali pada zaman primitif ...tanda2 akhir zaman.
ReplyDeletebuat orang indonesia yang setuju nikah sesama jenis, SILAHKAN PINDAH WARGA NEGARA.
Indonesia gak butuh homreng atau lesbong :3
Tugas kita untuk mengingatkan
Delete'audzubilla min dzalik... tunggu aja...
ReplyDeleteTunggu apanya mbak Retno, hehehe
Deletegus gus ... enak jadi jomblo opo enak jadi gay gus? #nanyaSerius #sambilBackLink
ReplyDeleteAduh, Mas pelancong yang satu ini benar-benar membuatku murka, hahaha
DeleteMas, menikahi Raisa bagimu bukan cuma sulit tp impossible. Klo dalam tenses kui tmasuk tenses future impossible. Wkwkwkwk. Sorry, kejujuran memang menyakitkan. Peace
ReplyDeleteTapi bisa saja lho mbak, lha kalau Gusti Alloh SWT sudah berkehendak, orang tuanya Raisa bisa apa? hahaha
Deletehahahaha...iya juga yaaa
Delete"lha kalau Gusti Alloh SWT sudah berkehendak, orang tuanya Raisa bisa apa?"
DeleteOptimis banget. Mantab!! Haha..
Tumben serius gus, sampe ga ketok untuku...
ReplyDeleteIni sebenarnya cuma pencitraan kok... hahaha
DeletePadahal kewan wae ora ono le gay yo gus
ReplyDeleteHahaha
tau bonobo mas? bacalah mas
Deleteaku jik durung familiar, kewan bonobo sing gay kuwi opo saklawase gay terus seumur uripe mas?
DeleteWah Raisa ,,jan pinter milih tenan sampean Gus ,, salam Straight !!!
ReplyDeleteBukankah tingkatan cinta yang paling tinggi adalah saat kedua insan mampu mengorbankan perasaan masing-masing untuk kebaikan masing-masing pula?
ReplyDeleteMantap, seperti biasa. Kaya mbalik ke jaman Nabi Luth hmm
Piye perasaane Om Frengki nggagas kowe ora rabi2 Gus???? Opo meneh nek UNTU mu mbok behel warna pelangi, wis mesti beliau nangis ngguguk karo mbatin,,,,,,,,,,,hiks....hiks,,,,,,,,"ASU anakku jebule homo".........wkakkakakakakaka
ReplyDeleteLumayan toh Gus, rek do homo kan kesempatan kanggo golek bojo 2 iseh terbuka *eh
ReplyDeleteYo nak aku mah setuju ae mbe kowe gus....aku bocahmu
ReplyDelete"Yah, setidaknya, saya masih cukup ngaceng lah kalau dikasih lihat belahan tetek dedek-dedek gemez."
ReplyDeletequote of the day... hahaha
susah memang gus kalo ngadepin permasalahan moral abad 21 pake referensi buku abad 7. Eh tapi berlaku sepanjang jaman sih ya
ReplyDeletesetuju dengan pandangan Gus Mul ini
ReplyDeleteNegara sudah dirasuki sifat sekularisme, yg mna dah tidak lage berpandngan bahwa agama masuk didalmnya. Itulah zaman smkin maju dan berkembang, maka akan mngenyampingkan agama yg lurus
ReplyDeleteNggak mau ikutan banyak komentar, tp homosek adalah salah, dan kita wajib menolong mereka untuk sembuh bukannya mendukung kesalahan mereka. (menurut saya)
ReplyDeleteSetuju....
DeleteIkutan setuju...
Deleteseriusmen, gus...wis tambah tuwek yo
ReplyDeleteRaisa ki sopo gus?
ReplyDeleteAllah berfirman: “Dan (ingatlah)ketika Luth berkata kepada kaumnya:”Sesungguhnya kamu benar benar mengerjakan perbuatan yang amat keji yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun dari umat umat sebelum kamu.Apakah sesungguhnya kamu patut mendatangi laki laki, menyamun dan mengerjakan kemungkaran di tempat tempat pertemuan?” (Al Ankabut:28-29).
ReplyDeleteKarena keji, buruk dan amat bahayanya kemungkaran tersebut, sehingga Allah menghukum pelaku homo seksual dengan empat macam siksaan sekaligus. Suatu bentuk siksa yang belum pernah ditimpakan kepada kaum lain. Keempat siksaan tersebut adalah:
1. kebutaan
2. menjungkir balikkan mereka
3. menghujani mereka dengan batu kerikil dari neraka.
4. mengirim kepada mereka halilintar.
Adapun dalam syari’at Islam, hukuman pelaku homo seksual dan partnernya jika atas dasar suka sama suka (menurut pendapat yang kuat) adalah dipenggal lehernya dengan pedang.
Dalam sebuah hadits dari Ibnu Abbas disebutkan: “Barang siapa yang kalian dapati sedang melakukan perbuatan kaum Luth(homo seksual)maka bunuhlah pelaku dan partnernya,” (HR Ahmad).
Timbulnya berbagai macam penyakit (yang pada zaman nenek moyang tak dikenal, sebagai hukuman atas merajalelanya kemaksiatan) sebagaimana kita saksikan sekarang. Seperti “THA’UN” (sejenis pes) dan macam macam penyakit yang sulit disembuhkan bahkan belum ditemukan penawarnya, seperti penyakit AIDS yang mematikan. Ini menunjukkan salah satu hikmah, mengapa begitu keras hukuman yang diberikan Allah untuk para pelaku homo seksual.
Well written Mas... salam kenal, aku padamu
ReplyDeleteCie...Ais Cie.......
Delete:D
Wkwkwk, penggemar je, sdh lama ngikuti blog ini
Deletenek nikah e sesama jenis , berarti gak iso gawe anak :v
ReplyDeleteMosok kowe y duwe heater gus?
ReplyDeleteMosok kowe y duwe heater gus?
ReplyDeleteKeren ulasannya. Dan sebaik2 cinta adalah cinta pada Allah. Kan Allah benci homoseks, ya hindari dong..lawan dong. Ya kan?
ReplyDelete#JombloPride #JombloWins
ReplyDeleteYap Mas setuju. seperti kaum Nabi Luth yang di azab sangat keras oleh Yang Maha Kuasa. Beberaoa tahun kemudian sudah di pastikan USA kekurangan manusia, wong mereka nikah sejenis.
ReplyDeleteSalam Kenal mas, pelaku homoseksual bisa sembuh jika ada keinginan dalam diri yang bersangkutan. Kita sebagai masyarakat yang tidak mendukung pelegalan nikah sesama jenis, mestinya memancing keinginan itu agar tumbuh di hati mereka.
ReplyDeletesaya juga menolak.. dan menurut saya LGBT itu 'perilaku' atau boso londonya behaviour.. yang menurut saya salah.. pernah liat di youtube tentang ini dan saya sependapat.. ini linknya: https://www.youtube.com/watch?v=nPgZ2Mq1Ugw
ReplyDeleteTulisan yang bagus mas Agus, smg banyak follower njenengan (hmm, mas Agus kan selebBlog jg too...:D) mjd sadar dan tdk ikut2an mendukung LGBT spt idola2 mrk (yg lebih enak dilihat di banding mas Agus, oupss...pisss) yg mendukung...
ReplyDeleteThn 2013 sy menulis ttg kota Pompeii (dgn dok terbaru, kbtlan suami sy bisa melihat situs Pompeii di Italia)...jika berkenan monggo di waos http://www.ummufathin.com/2013/12/pompeii-legalnya-zina-oleh-negara-dan.html
yg straight pun harus laku bener, taat pasangan dan kurangi jajan..
ReplyDeleteta'dungakno ga jomblo maneh mas Gus :)
ReplyDeleteheran juga sama dilegalkannya sesama jenis ini, aduh itu mau ngapain coba .
ReplyDeleteMas, sampeyan etuk salam saka Raisa.
ReplyDeleteSaya sungguh prihatin dengan dilegalkannya pernikahan sesama jenis ini.
ReplyDeleteCinta tak harus memiliki iku jenenge ngarep e Gus...huehehehe
ReplyDeleteGuuuuss...moco judule tak kiro meh mbok seret neng kisah jomblomu eee...jebul malah berbobot..salutttt!teruskan berkarya..teruskan jom...*$#@/^$@!$/
ReplyDeletejempol buat argumennya mas agus... ini yang aq perlukan untuk menjawab pertanyaan anak2. makasih mas bro..
ReplyDeleteKaum gay di anal0gikan kek alk0h0lik, yah gak mathuk t0h mas.
ReplyDeleteMungkin agak nyerempet anal0gi se0rang gay dilahirkan mirip dengan 0rang yang dilahirkan dengan kebutuhan khusus, maaf, autis misalnya, apa bisa kita paksa buat sembuh, trus hidup n0rmal?
Kitab suci yah jangan di bawa2, 0rang lahir itu nggak dengan agamanya, yang pasti dengan hati nurani.
Setelah banjir besar, bagaimana cara Nuh berkembang biak?, setelah kaum s0d0m musnah, bagaimana cara Luth berkembang biak?, apa masih bisa ng0m0ngin akidah?
ngmeng2 soal cinta.. cinta gak kenal jenis kelamin mas... yg penting kasih sayang.... bukan berarti ketika saya mencintai mas agus mulyadi lantas saya gay.... karena cinta gak melulu berhubungan dengan orientasi seks.... cinta juga gak mesti berhubungan dengan kawin mawin..jangankan dengan jang sejenis, kambing saja saya cintai kok... hehehe
ReplyDeletesaya setuju 100% mas. kalo berpatokan dengan agama sudah mutlak ya mas. tapi kalo berpatokan dengan negara, UU-nya apa ya mas???
ReplyDeleteartikel yang sangat menarik, terimakasih.
ReplyDelete