Tamu di Malam 1 Oktober

Malam saat itu terasa begitu sepi, kelam, dan mencekam. Udara dingin begitu menusuk, menembus lurus sampai ke tulang sumsum.

Kesunyian malam tiba-tiba pecah, saat pintu sebuah rumah diketuk berkali-kali oleh seorang misterius.

“Jangan-jangan pasukan Cakrabirawa...” gumam si pemilik Rumah dengan perasaan was-was, “bagaimana ini suamiku, apa perlu aku bukakan pintu?” tanyanya kepada suami tercinta.

“Tak apa, buka saja, kita percayakan seluruhnya kepada yang diatas,” jawab sang suami bijaksana.

“Kalau begitu, baiklah, Kau cepatlah bersembunyi suamiku, biar aku membukakan pintu.”

Setelah memastikan suaminya telah bersembunyi di tempat yang aman, Sang istri pun segera mendekati pintu rumahnya, Dibukanya pintu ruah itu dengan perasaan yang maha tegang. Ia sudah siap dengan segala kemungkinan, termasuk kemungkinan terburuk bakal menerima tamu sepasukan tentara lengkap dengan senapan bayonetnya.

Begitu pintu dibuka, si istri terkejut bukan kepalang, ia terdiam selama beberapa saat, darahnya seakan berhenti mengalir.

Di hadapannya, kini sudah berdiri seorang perempuan setengah baya dengan raut muka yang begitu serius. Perempuan itu diam selama beberapa saat, hingga akhirnya, meluncurlah sebuah kalimat dari mulutnya:

“Bu Joko, bu Joko, ada es?”