Sebenarnya tak sulit untuk mengakui bahwa dangdut koplo adalah musik yang asyik dan selalu bisa bikin eargasm, kecuali kalau memang sampeyan sudah punya sentimen negatif sama dangdut koplo, karena mau se-geboy apapun lagunya, kalau memang sudah antipati, yo pasti bakalan ndak suka dan ndak bisa menikmati.
Bagi saya, dangdut koplo adalah mahakarya, ia adalah maestro, ia adalah saphir. Dangdut koplo tidak menciptakan keindahan, karena ialah keindahan itu sendiri.
Banyak orang yang bilang bahwa “Jazz adalah musiknya para dewa”, maka saya meyakini, para dewa tersebut pastilah belum pernah mampir ke Purawisata, karena jika sudah pernah, para dewa tersebut sudah pasti akan berubah pikiran.
Mungkin banyak yang tidak setuju, tapi memang begitulah adanya. Dangdut koplo memang genre musik pilihan. Ia genre musik yang jenius.
Oke, agar lebih komprehensif, saya kasih sedikit gambaran mengapa dangdut koplo adalah genre musik yang jenius.
Selain dalam film, dalam lagu pun tentu ada rumus sekuel alias rumus berseri. Rumus sekuel dalam lagu di Indonesia dipopulerkan oleh Ebiet G Ade, yang kala itu membuat heboh dengan sekuel Camellia I, Camellia II, Camellia III dan berlanjut pada Camellia IV. Kalau mau menelusuri ke masa yang lebih lampau, maka anda akan menemukan Koes Plus, band legendaris yang juga mampu menelurkan karya sekuelnya, yaitu Nusantara, tak tanggung-tanggung, Koes Plus menciptakan sekuel Nusantara dalam delapan seri, yaitu Nusantara 1, Nusantara 2, Nusantara 3, dan seterusnya hingga berakhir pada Nusantara 8.
Dengan sederet lagu sekuel yang sudah dihasilkan itu, Ebiet dan Koes Plus sudah pantas dianggap sebagai musisi yang jenius.
Namun perlu diingat, Ebiet dan Koes Plus agaknya pasti akan minder jika harus disandingkan dengan Eny Sagita. Lha gimana ndak minder, biduan dangdut koplo yang satu ini (bersama grup orkesnya, Sagita) mampu menciptakan lagu sekuel yang tak kalah heboh dan masif, yaitu “Ngamen”, sebuah sekuel yang dimulai dari dari lagu Ngamen 1, Ngamen 2, Ngamen 3, dan seterusnya hingga berlanjut sampai pada Ngamen 17 (dan bahkan kemungkinan masih akan terus berlanjut, kendatipun sudah ada lagu “Leren Ngamen” maupun “Ngamen Terakhir”).
Ini cukup membuktikan bahwa dangdut koplo adalah musik yang jenius dengan musisi yang tak kalah jenius pula.
Tak hanya soal kejeniusan, dalam soal kreativitas dan keragaman pun, dangdut koplo adalah pionir. Dangdut koplo adalah musik yang multiplatform. Lha bayangkan saja, lagu "Bara Bara Bere Bere"-nya Michel Telo hingga lagu "Hello"-nya Adele pun bisa dikoplokan. Itu sudah lebih dari cukup untuk menyatakan bahwa dangdut koplo adalah musik yang mampu menembus batas-batas ketidakmungkinan.
Genre musik lain? Hahaha, I don’t think so.
Dan tidak melulu soal teknis, dalam lirik lagu pun, dangdut koplo mempunyai banyak kedalaman lirik yang begitu sufistik dan flamboyan. Nah, khusus untuk pembuktian hal inilah, saya sudah merangkum, beberapa lagu dangdut koplo berbahasa jawa yang liriknya pantas untuk anda kontemplasikan (untuk yang tidak bisa bahasa Jawa, tenang, karena lirik lagunya sudah saya sertakan terjemahannya).
Apa sajakah? Monggo disimak bareng-bareng
1. Wedhus
Wedhus alias Kambing, Ya, judul lagu koplo yang satu ini memang singkat dan begitu herbivor. Tapi tenang, lagu ini tentu tak akan membahas tentang sistem reproduksi hewan ternak, apalagi soal perintah berkurban di hari raya idul adha. Lagu ini justru membahas tentang problematika rumah tangga yang seringkali pelik dan penuh dengan konflik.
Mending tuku sate timbang tuku weduse
Mending gendakan timbang dadi bojone
Mangan sate ora mikir mburine
Ngingu wedhus ndadak mikir sukete
Mending beli sate, daripada beli kambingnya
Mending selingkuhan, daripada jadi istrinya
Makan sate tidak mikir belakangnya
Pelihara kambing harus mikir rumputnya
Sekilas, lagu ini nampak seperti lagu yang demi apapun sungguh tiada punya moral dan perasaan, mengajak untuk menjadi selingkuhan ketimbang sebagai pasangan yang sah. Namun, tunggu dulu. Lirik lagu ini sejatinya adalah lirik yang satir. Ia menceritakan kekecewaan seorang wanita yang kerap tidak diberi nafkah (lebih tepatnya nafkah berupa uang belanja, bukan nafkah yang seperti anda pikirkan saat ini) semestinya oleh sang suami, sehingga ia kemudian merasa lebih baik menjadi selingkuhan saja daripada jadi istrinya. Hal ini bisa dilihat jelas dari lanjutan lirik lagu ini.
Mergone aku ora kuat
Yen duwe bojo wong melarat
Ra mblanjani gawene sambat
Seneng kumpul modal dengkul bondo nekat
Karena aku tidak kuat
Jika punya suami orang melarat
Tidak ngasih uangnya belanja, kerjanya mengeluh terus
Senang kumpul, modal dengkul, modal nekat.
Lagu ini secara implisit mengajarkan kepada pasangan suami istri agar bisa saling memahami satu sama lain. Sang suami hendaknya tahu kewajibannya sebagai kepala rumah tangga yang harus memberikan uang belanja kepada istri, pun begitu, sang istri pun harusnya juga bisa bersikap sabar kepada suami, sungguhpun uang belanja yang yang diberikan suami sangatlah minim (yang mungkin nilainya bahkan tak cukup untuk membeli sepotong hijab bermerk xxxx yang konon katanya sudah dapet label halal dari MUI itu).
Lagu inilah yang senantiasa menyemangati saya agar giat bekerja, karena saya sadar, ganteng dan sholeh pun belum cukup bagi saya.
2. Marai Cemburu
Lagu ini bercerita tentang seorang wanita yang sebel terhadap sang kekasih karena terus saja sibuk dengan gadgetnya, padahal sebagai wanita, ia ingin diperhatikan, diperlakukan selayaknya wanita, bukannya malah diabaikan.
Pengen mbanting hapemu
Lan tak taleni tanganmu
Supoyo kowe ngerti gede roso tresnoku
Sayang nggagaso aku
Ingin kubanting hapemu
Dan kuikat tanganmu
Supaya kamu tahu, besar rasa cintaku
Sayang perhatikanlah aku
Lagu ini menjadi tonggak sumbangsih dangdut koplo kepada pembahasan sosiologi kehidupan. Ketika musik lain masih terjebak dalam kotak dan bias asmara yang serba romantis dan banal, dangdut koplo lewat lagu “Marai cemburu” ini justru sudah membahas tentang awareness interaksi sosial manusia yang kian hari kian terganggu akibat ketergantungan kepada gadget.
Lagu inilah yang membuat saya meyakini, bahwa revolusi kehidupan kelak akan dimulai dari panggung dangdut koplo.
3. Ngamen II
Inilah salah satu dari sekian seri sekuel lagu Ngamen. Lagu Ngamen II yang dipopulerkan oleh Eny Sagita ini saya pilih karena mempunyai pengaruh yang begitu signifikan terhadap kepedulian dunia dan akherat.
Eling-eling manungso bakale mati
Yen wes mati dikubur sanak famili
Dipendem jero diapit bumi
Ingat-ingat manusia bakal mati
Jika sudah mati dikubur sanak family
Dikubur dalam diapit bumi
Lirik di baris awal lagu “Ngamen II” ini mengingatkan kepada kita bahwa manusia pastilah akan mati. Ini adalah dakwah yang halus dan elegan dalam sebuah lagu. Mengajak kepada menusia untuk mengingat maut dan senantiasa berbuat baik sebagai bekal amal. Lirik ini menjadi penanda, bahwa nada dan dakwah tak melulu menjadi monopoli wak haji Rhoma Irama.
Mangkane golek bojo ojo mandang rupo
Rupo elek kuwi yo ora dadi ngopo
Mangkane golek bojo ojo mandang bondo
Seng penting ora ngentekno warisan morotuwo
Makanya cari suami jangan memandang muka
Muka jelek tidak jadi apa
Makanya cari suami jangan memandang harta
Yang penting tidak menghabiskan warisan mertua
Jika baris awal lebih fokus pada perkara dunia, maka di bagian baris akhir, lagu ini justu membahas tentang dunia (mungkin sebagai balancer atau penyeimbang). Tak tanggung-tanggung, yang dibahas disini adalah nasehat yang baik dalam mencari suami. Bahwa mencari suami tidaklah harus yang tampan atau yang kaya, yang penting bisa bertanggung jawab terhadap keluarga.
Saya pribadi sangat suka lirik lagu ini, terutama pada bagian “Mangkane golek bojo ojo mandang rupo”. Entah mengapa, saya merasa, lirik itu terasa “gue banget”, entah mengapa…
4. Sayang
Bakal kuwalat dan durhaka saya jika tidak memasukkan lagu yang dipopulerkan oleh Via Vallen ke dalam daftar ini. Betapa tidak, lagu dari OM Wawes ini adalah lagu penting yang menginterpretasikan titik batas antara kerapuhan dan kekuatan wanita. Lagu ini menceritakan tentang seorang wanita yang sakit hatinya karena dikhianati oleh sang kekasih yang ternyata jauh lebih memilih wanita lain, padahal ia sudah berjanji untuk sehidup-semati. Pada akhirnya, si wanita memutuskan untuk merelakannya.
Malah jebul saiki kowe mblenjani janji
Jare sehidup semati nanging opo bukti
Kowe medot tresno demi wedokan liyo
Yo wes ora popo, Insya Allah aku iso lilo
Ternyata sekarang dirimu ingkar janji
Katanya sehidup semati tapi apa bukti
Dirimu memutus cinta demi wanita lain
Tapi tak apa, Insya Alloh aku bisa rela
Lagu ini mengajarkan kepada pada wanita bahwa pria bukanlah segalanya. Wanita tak berhak dilemahkan oleh pria. Via Vallen lewat lagu ini mengajak para wanita untuk bisa merelakan dan melepaskan pria yang sudah menyakiti hatinya demi wanita lain.
Tentu lirik lagu ini fiktif adanya, bukan pengalaman pribadi Via Vallen, karena jika sampai lagu ini adalah representasi pengalaman pribadi Via Vallen, tentu saya akan sangat murka, karena bagaimanapun, saya lah pria garda terdepan yang paling tidak rela jika Via Vallen disakiti.
*Terbit pertama kali di Mojok.co
Sesendu-sendunya sebuah sair pun bisa dikoplokan. Iyo rak, dab? Hahahahahhaha
ReplyDeletesing penting angger ono ketipunge... kelar perkoro
DeleteDigoyaaaaang...
DeleteDevi Aldiva mas Agus... Suaranya merdu mengalir
Deleteantipati itu yang saya tanamkan dulu pada genre "dangdut", setelah nego tipis akhirnya saya kalah telak, Dangdung (koplo) daya magisnya kuat bisa bikin geleng kepala, goyang pinggul, dan badan dipakso "joget". btw keren tu pernyataanya "sequel"
ReplyDeleteAsololeeeeeeeeeee
Deletesoale nek mandang rupo opo'o mas?
ReplyDeleteha nek mandang rupo, sing iso nduwe bojo mung wong bagus thok...
Deletesetuju mas..
ReplyDeletelagu bojo loro karo minggat iku sing keroso mak jleb tenan kanggone aku utk dijadikan ajang kontempelasi..
masio koen ngaku anak metal, black metal, death metal, grindcore, engko nek rabi sing ditanggap yo new palapa..
Lha kuwi, pancene semua ki bermuara pada koplo kok...
Delete"masio koen ngaku anak metal, black metal, death metal, grindcore, engko nek rabi sing ditanggap yo new palapa.."
DeleteWaini haha
Wah iyaaa...baru sadar saya Gus bahwa filosofi yg terkandung dlm dangdut koplo memang warbiyasaaahh... let's go ngoplo
ReplyDeletewueeeenaaaak... hehe.
Deletepokoke asoooooy
DeleteWuaaah, baru-baru ini abis didengerin lagu Minggat-nya Sony Josz, malah nagih ke lagu jawa lainnya. Setelah googling, nemu lagu Didi Kempot, yang katanya, melankolis. Pas baca artinya juga dalem banget.
ReplyDeleteYa, walaupun bukan dangdut koplo sih. Tapi suka banget!
Dangdut koplo memang tiada duanya dalam goyang menggoyang. Walaupun asik menggoyang tapi ternyata dalam juga filosofinya. Keren, Gus.
ReplyDeleteWow. Ternyata ada pelajaran terpendam dari dangdut koplo. Joss!
ReplyDeleteDalam Banget Artinya yak.
Deletehehe.
Mantap tulisanmu mas. Bisa ambil sisi positif dari suatu lagu
ReplyDeleteInilah tulisan dari pengamat dan PENASEHAT SPIRITUAL KOPLOERS INDONESA....
ReplyDeleteNb. Aku ngguyu koyo wong gemblung pas maca iki bagian iki gus :
“Mangkane golek bojo ojo mandang rupo”. Entah mengapa, saya merasa, lirik itu terasa “gue banget”, entah mengapa…
hahhaa
Koplo mmng keajaiban musik dunia. Wajib msuk unesco
ReplyDeletewww.kasamago.com | www.yakena.com
Kece tulisanmu mas. Saya anak desa yang sudah ter-kota-kan kadang dengerin koploan untuk lari dari tetek-bengek dunia modern. Hehehe.
ReplyDeleteApapun jenis favorit kamu (rock, metal, jazz, etc), kalo udah nikah mesti ada aja lagu dangdut
ReplyDeleteSalam Sonkaji
Bener Gus :-) Dangdut adalah musik yg jenius dan dihasilkan oleh orang2 yg jenius juga.
ReplyDeleteWkwk suka ulasannya. Terus menginspirasi ya mas Gus Mul. Salam Suket Teki!
ReplyDeleteMantab Mas.
ReplyDelete