Hari ini, saya mencoba menjadi wajib pajak yang baik dengan melaporkan SPT Tahunan, sebab saya sadar, di era persaingan global seperti sekarang ini, ganteng dan sholeh saja tidak cukup.
Saya pengin lapor SPT via online yang, menurut banner yang saya baca di pertigaan pasar Muntilan, mudah dan cepat. Tapi apa daya, saya hanya bujang awam dan bodoh, tidak cukup pintar buat ngisi form laporan SPT via online karena banyak isian yang tidak saya mengerti. Saya takut salah, karena itulah saya pun memutuskan untuk memilih melapor langsung di KPP pajak. Yah, hitung-hitung silaturahmi. Siapa tahu ada satu dua pegawai kantor pajak yang beruntung bisa berjodoh dengan wajib pajak berkelakuan baik dan flamboyan seperti saya ini. Siapa tahu. Dari NPWP turun ke hati.
Saya datang ke KPP Pratama Magelang sekitar ba'da Dhuhur. Kondisi tempat pelayanan sudah penuh setengah modar, penuh dengan wajib pajak yang kebanyakan adalah PNS. Maklum sih, karena memang saya datang di tanggal-tanggal mepet menjelang batas akhir pelaporan SPT.
Begitu masuk, saya langsung diberi buku panduan berwarna hijau PPP setebal 59 halaman (yang kalau tidak sedang di KPP, mungkin saya sudah mengira sebagai buku panduan Gerakan Pemuda Ka'bah) beserta berlembar-lembar formulir yang harus diisi.
Sumpah, itu adalah formulir paling ribet yang pernah saya dapat sepanjang hidup saya.
Sebagai generasi yang terbiasa mencentang kotak "I agree about the terms and conditions" tanpa membaca lebih dulu terms dan conditions-nya, saya merasa sangat pusing dengan form ribet itu.
Ingin rasanya saya banting itu formulir. Lha saya ini sudah bayar pajak, kok ya masih saja disuruh ngisi berlembar-lembar formulir yang demi kerang ajaib hanya saya pahami satu dua poin saja.
Beruntung, saya duduk bersebelahan dengan ibu-ibu yang berkenan membantu saya mengisi formulir. Mungkin karena ia ndak tega melihat saya kebingungan memahami formulir yang ada di depan saya.
“Mas, diisi yang mas mudeng saja, yang ndak mudeng ndak usah isi, sisanya biar mereka yang ngisi,” kata si ibu sambil menunjuk petugas di meja. “Enak aja, kita udah bayar pajak, kok masih dibikin bingung sama formulir,” lanjutnya...
Saya sependapat dan menuruti apa kata si ibu. Saya isi sekenanya saja. Ha mbok prek, mau dibilang goblok yo terserah.
Formulir yang sudah saya isi kemudian saya berikan ke petugas yang lagi-lagi seorang ibu-ibu.
“Wah, masih banyak yang kosong ya” kata Ibu petugas.
“Nggih bu, saya ini ndak mudeng sama formulirnya, jadi saya isi yang saya mudeng saja,”
Si ibu petugas agaknya maklum, apalagi setelah melihat wajah saya yang kelihatannya tidak punya sedikitpun gurat-gurat edukasi.
Dan luar biasa, si ibu petugas dengan sangat sabar membimbing saya mengisikan formulir, ia bahkan tak segan menjelaskan pada saya tentang mekanisme pajak dan tetek bengek lainnya.
Tak butuh waktu lama bagi saya untuk menyelesaikan proses laporan. Hanya sekitar 15 menit, ngantrinya saja yang lama.
Dengan bantuan dua ibu-ibu yang luar biasa, hari ini saya sukses melapor SPT Tahunan saya.
Momen ini pada akhirnya menyadarkan saya, bahwa yang namanya ibu-ibu bukan hanya makhluk yang sein ke kiri beloknya ke kanan, tapi juga makhluk yang sabar dan mau memberikan pelayanan yang baik kepada sesama.
Nah, bagi anda yang belum lapor SPT tahunan, segeralah melapor, itu penting untuk membuktikan bahwa anda adalah wajib pajak yang baik. Karena untuk menjadi menantu yang baik, bisa dimulai dari menjadi wajib pajak yang baik.
Aku malah ngirin folmulirnya ke KKP Jepara :-D
ReplyDeleteBen ketok sugih yo bayar pajak akkakakakak
Nek aku ben ketok ngganteng...
DeleteSaya penulis partikelir, Mas, jadi urusan pajak langsung dipotong dan diurus sama pihak penerbit. Saya tinggal menerima laporannya aja.
ReplyDeleteKalau boleh tahu, sampeyan lapor SPT itu untuk urusan kerja/profesi apa Mas? Sampeyan penulis juga tho? (Soalnya, setelah baca ini, saya jadi mikir jangan2 saya harus laporan juga).
Bukti potong pajak yg sampean dpt dari penerbit itu yg harus dilaporkan
DeleteNah, itu sudah dijawab sama mas Unknown... hehe
DeleteAku yo wes tau lapor tapi wes suwe.. ketoke mbiyen ora ribet ngono kui
ReplyDeletembiyen malah jauh lebih ribet ketoke...
DeleteWaduh, kalo masih sekolah gini. Wajib pajak gak sih? Apa itu cuma buat orang yang udah bekerja? Tolong dimaklumi ya, saya ini kampungan. :|
ReplyDeletepenak lewat online toh mas Agus, tapi nek koyo njenengan malah iso kena kanggo silahturahim marang ibu2 pajak :)
ReplyDeleteKeren kali sudah lapor pajak, saya aja belum juga nih...
ReplyDeleteSaya udah nyoba yang online Mas Agus,
ReplyDeleteIzin nitip link pengalaman lapor spt saya ya Mas :)
http://ganganjanuar.com/e-filling-cara-lapor-spt-tanpa-pening/
neng kantor pajak niate ma nyari mbak-mbak yg klimis malah dapet ibu2 kok jan melas nasibmu gus--gus
ReplyDeletencen marai ngelu e gus ngisi spt 1770, aku wingi wae tak serahno karo mbake kpp, tak kon ngisi kono, aku gari upload :))
ReplyDeletenga pakai e filing, mas biar lebih cepat
ReplyDeleteiya jangan pajak aja yg di bayar zakatpun kudu
ReplyDeletemas agus ternyata orang taat pajak yoo..
ReplyDeleteSebelum komen saya mau sampaikan bahwa Sampean sangat luar biasa ki sanak gus mul..
ReplyDeleteBahkan david beckham kalah, ketutup sama aura sampean yang sangat kuat. cerdas, apa adanya, plus semacam aura entah itu gareng atau petruk, yang jelas mampu merubah pandangan bagaimana melihat sisi lain kegantengan seseorang. Saya suka gaya sampean
Komen saya: Hari ini saya antri laporan pajak dan ga kebagian nomor antrian karena sudah habis. Info terakhir yang saya terima laporan pajak pribadi diperpanjang sampai dengan 30 April 2016
Sukses selalu kisanak..!
mas, kok di daftar isi blog cuma sampe bulan januari 2014? aku seng ketinggalan yoo pengen moco tulisan sampeyan seng ndesek-ndesek :)
ReplyDeleteSaya sudah lapor tanggal 3 maret. Awal2 rada sepi, lancar jaya.
ReplyDeleteIbu2 Pegawai pajak nduwur kue jenenge mbak avi.. Pancen wonge sabare puoll...
ReplyDeletehoo izin nyimak gan
ReplyDeletemakasih yo mas agus sudah berbagi/ yuk BW ke blogku. kali aja ada tulisan yang mas agus suka. hehe.
ReplyDelete