“Orang Arab itu antitesanya orang Sunda. Kalau orang Sunda ngomong F jadi P, nah kalau orang Arab, ngomong P malah jadi F”
– (Yanto, 23 tahun, penjual obat kuat)
Yah, Itu adalah salah satu humor jayus yang sedikit banyak lumayan memberikan saya gambaran dasar tentang orang Arab.
Saya memang tak terlalu mengenal bagaimana orang Arab. Yang saya tahu ya hanya sekadar dari sentimen yang muncul dari masyarakat tentang orang arab. Misalnya, orang arab itu dzikirnya faseh, orang Arab itu raja minyak, atau yang paling ekstrem, orang Arab itu anunya gedhe.
Kalau di Magelang (kota kecil tempat saya tinggal), orang-orang arab selalu identik dengan juragan mebel. Ini generalisir yang sangat beralasan, karena memang toko-toko mebel di sepanjang jalan A. Yani dan jalan Ikhlas hampir seluruhnya dimiliki oleh orang-orang keturunan arab. Yah, mungkin orang-orang keturunan arab di Magelang memang punya chemistri yang kuat dengan meja, kursi, bufet, dan almari.
Pemahaman saya tentang orang arab memang masih sangat cetek. Maklum, saya jarang punya temen keturunan arab. Jadinya ya cuma bisa meraba sedapatnya.
Maka, betapa beruntungnya saya saat mendapat kesempatan untuk mengunjungi Kampung Arab Al Munawar di Palembang, salah satu kampung Arab yang paling termasyur di Indonesia.
Salah satu sudut Kampung Arab Al Munawar
Adalah Kementerian Pariwisata RI, yang secara baik hati dan khilaf bersedia mengundang saya untuk berdarmawisata ke Palembang. Saya bersama beberapa blogger diundang untuk meliput destinasi wisata di Palembang dalam rangka meramaikan dan menyemarakkan event International Musi Triboatton 2016, yang mana salah satu destinasinya adalah Kampung Arab Al Munawar.
Kampung Arab Al Munawar ini berada di kawasan 13 Ulu, pesisir sungai Musi. Untuk menuju ke lokasi kampung arab ini, bisa melalui dua jalur, jalur pertama via jalur darat, sedangkan jalur kedua via jalur sungai alias menyusuri sungai Musi menggunakan perahu.
Panitia memilih untuk menggunakan jalur sungai. Sungguh pilihan yang cocok bagi saya, mengingat saya adalah sosok pria yang sangat suka menantang bahaya dan memacu adrenalin. Lagipula, kami juga sadar, bahwa nenek moyang kami adalah pelaut, bukan supir travel.
Jalesveva Jayamahe...
Butuh waktu sekitar 30 menit perjalanan dari dermaga jembatan Ampera sampai ke kampung Arab Al Munawar.
Begitu turun dari perahu dan sampai di gerbang kampung Arab Al Munawar, gambaran saya tentang perkampungan arab yang sudah saya simpan sejak lama sirna sudah. Saya pikir, lha namanya saja kampung arab, harusnya kan ya tandus, penuh pasir, sesekali ada pohon korma atau ontanya, ealah, ternyata bukan. Sama sekali ndak ada nuansa padang pasirnya. Hahaha
Akhirnya, sampai juga di gerbang kampung Arab Al Munawar
Teras rumah yang cocok buat gathering atau diskusi pendekar antar padepokan
Di kampung Arab Al Munawar ini, ada sekitar belasan rumah panggung tradisional bergaya limas yang rata-rata sudah berusia lebih dari seratus tahun. Jalannya tak jauh berbeda dengan jalan kampung kebanyakan. Yang membedakan adalah bangunan-bangunannya yang lawas dan eksotis.
Daihatsu Alya, bukan Ayla (bacanya harus dari kanan ke kiri, kan kampung arab)
Kampung Al Munawar ini menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Palembang. Namun, kendati begitu, Kampung ini seakan tak pernah berhias untuk menjadi tempat wisata, penduduk kampung ini menjalani hidup seperti biasa, seperti tak perduli jika mereka dan lingkungan perkampungan mereka menjadi salah satu destinasi wisata yang menarik di Palembang. Dan jujur, bagi saya, justru itulah yang menjadi daya tarik sendiri bagi banyak wisatawan yang datang ke situ. Jadi, jangan harap anda bakal menemukan pedagang-pedagang keliling yang menawarkan anda tasbih atau lukisan onta padang pasir di kampung arab ini.
Menyusuri jalanan kampung Arab, ndak perlu takut ketemu begal
Utamakan Ukhuwah, stiker ciamik di salah satu sudut kampung Al Munawar
Penduduk Kampung Arab bercerita soal sejarah Kampung Arab Al Munawar
Penduduk kampung arab umumnya berprofesi sebagai pedagang. Sebagian besar rumah-rumah tua di kampung-kampung itu dihuni secara turun-temurun, sehingga sudah menjadi hal yang lumrah bila di satu rumah bisa dihuni oleh beberapa kepala keluarga.
Vintage dan eksotis, berasa seperti tersedot ke masa lalu
Vintage dan eksotis, berasa seperti tersedot ke masa lalu (2)
Di Kampung Arab Al Munawar ini, terdapat satu Madrasah Ibtidaiyah yang menjadi tempat belajar anak-anak Kampung Arab Al Munawar dan sekitarnya. Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Kautsar namanya.
Di depan gerbang Madrasah Ibtidaiyah Al-Kautsar
Sama seperti rumah-rumah penduduk di Kampung arab Al-Munawar, Madrasah ini juga mempunyai bentuk bangunan yang vintage dan eksentrik.
Alhamdulillah, salah satu murid masih sudi untuk saya ajak foto bareng
Jam pulang sekolah memang selalu menjadi anugrah yang paling indah
Iman dulu, baru aman, kemalingan nggak apa-apa, yang penting tetap beriman
Ruang kelas yang minimalis
Presidennya masih tetap Pak Beye...
Mushola dan perpustakaan
Sengaja ditulis salah, karena sejatinya, kebenaran hanya milik Allah semata
Yang penting bisa baca Al-Quran, bisa baca kode dari cewek, itu mah bonus.
Saya hanya setengah hari menghabiskan waktu di kampung arab ini. Dan selama setengah hari itu, saya puas menikmati keindahan bangunannya, mendengarkan cerita-cerita seru para penduduknya, melihat keceriaan anak-anak kecilnya, juga merasakan kehangatan dan senyum warganya. Benar-benar pengalaman yang rasanya akan sangat sulit untuk dilepas.
Di Kampung Arab pun, Boboiboy masih tetap jadi idola
Sungguh, suatu saat, jika anda mampir ke Palembang, maka anda wajib berkunjung ke kampung arab ini, yah, siapa tahu, anda dapat facar ferempuan Falembang yang finter dan fenyayang... Eh Lho, kok saya jadi ketularan arab begini ya?
Cak Agus...sampeyan nang kampung arab gak onok sing kecantol kah? hehe
ReplyDeletesing kecantol sih akeh, aku ae sing bungung milih
DeleteWogh...suka menantang bahaya dan memacu adrenalin... ngweriiiyyy
ReplyDeletewayo jelas... aku og mbak... hahaha
Deleteora ono wedoke kah ...? minimal ada gadis desa lewat..
ReplyDeleteyo ono, tapi yo mosok kudu tak foto njuk tak upload..
DeleteWah.. sampeyan ora kok ra ngabari aku Gus... omahku cedak kampung Arab iku... mlaku mung 1 kilometer..
ReplyDeletewalah, lha aku ki wis kabar-kabar lewat facebook lho...
DeleteIdaylum Suga bukan Agus Mulyadi... Namanya juga post tentang Arab, jadi bacanya juga harus dari kanan ke kiri terus lurus aja, mentok ada perempatan, balik kanan, sampai dah... Sampai bingung ckck
ReplyDeleteKok walikan begitu, di kampung Arab atau di malang?
DeleteKok walikan begitu, di kampung Arab atau di malang?
Deletewahahaha, iyo... malah njuk kok ngalam
DeleteSyukur mas sudah ke sana. Saya lama tinggal di Palembang, tapi belum pernah berkunjung ke perkampungan Arab tersebut.
ReplyDelete5yahrirh4kim@gmail.com
walah, lha kok kebangeten sampeyan, mas... hahaha
DeleteNyang Ampel suroboyo, gus, lengkap
ReplyDeleteNggolek cwek keturunan Arab gak koe, Gus? Mayan loh hahahhahhaa
ReplyDeleteteko dongane wae lek... hehehe
Deletedapet apa mas jadi di kampung arab?
ReplyDeletenamanya juga uusaha kan ya hehe
Yang jelas dapat pengalaman, mbak... itu aja dulu, kalau yang lain, bisa nyusul...
DeletePOTO WAJAH CEWEK ARABE ENDI GUS??
ReplyDelete:)
sengaja menteri undang kamu gus soalnya di kampung arab ada yang hilang ???!!!
ReplyDeletebetul, ora ono ontane hehehe..
ReplyDeletesing penting akur akur meskipun bukan keturunan suku indonesia
ReplyDeleteaku malah bene reti lo mas nek ning falembang ono kampung arab, sukron mas agus ente udah nambah pengthuan saya... :)
ReplyDeleteBoleh kamu carikan Arab famili yang tinggal di Palembang, di mana datuk mereka berhijrah dari Saudi ke Palembang manakala abang datuknya berhijrah ke Singapura sebelum tahun 1900. Saya mencari tribe saya.
ReplyDelete"Jadi, jangan harap anda bakal menemukan pedagang-pedagang keliling yang menawarkan anda tasbih atau lukisan onta padang pasir di kampung arab ini."
ReplyDeleteAmin, semoga terus begitu ya Gus. Biar kampung arab tetap alami dan penduduknya tetap ramah seperti sekarang. Nanti ke sana lagi Gus, main kelereng sama bocah2 hehe
darma wisata yg asoy banget..
ReplyDeleteHahaha..keren bgt tulisannya mas agus..rencana mau ke Palembang tahun ini..semoga bisa mampir ke Kampung Arab..Maturnuwun
ReplyDeleteI'm thinking to start playing online poker, saw that website, seems to be a good place ...
ReplyDeleteagen taruhan bola
wahh ane nyimak aja dah he he he
ReplyDeleteWah traveling terus nih Mas Agus, apa hikmah yang bisa di ambil dari kampung arab diPalembang. :)
ReplyDeleteMas iku buka jam piro mas...?
ReplyDeleteKlo sabtu minggu buka ora mas..?
Makasih mas, blognya menghibur dan bermanfaat utk menambah pengetahuan. Semoga semakin sukses mas
ReplyDeletemas, ayok ke sana lagi
ReplyDelete