Jujur, saya memang bukan orang yang mengerti seni (tapi yo ndak buta-buta amat lho ya, nama-nama seperti Raden Saleh, Andy Warhol, atau Pablo Picasso, saya masih cukup tahu lah), mangkanya itu, saya ndak pernah kepikiran satu kali pun buat datang ke pameran seni bertaraf Internasional seperti Mandiri ArtJog 9. Padahal, event ini rutin digelar setiap tahun di Jogja sejak Sembilan tahun lalu.
Namun agaknya, tahun ini, peruntungan saya berkata lain. Gara-gara banyak kawan yang ngetwit dan pamer foto di acara Mandiri ArtJog 9, jiwa curiosity saya pun akhirnya membuncah. Ditambah dengan adanya kabar kalau Dian Sastro dan Raline Shah pun datang juga ke event ini. Maka, tanpa banyak mikir, saya pun memutuskan untuk mengunjungi Mandiri ArtJog 9. Yah, setidaknya itu bakal bisa jadi portofolio ke-artsy-an saya di masa depan.
Oh ya, buat yang belum tahu, apa itu Mandiri ArtJog 9, saya terangkan sedikit deh. Jadi, Mandiri ArtJog 9 adalah ajang perayaan tahunan seni rupa kontemporer internasional yang rutin diselenggarakan di Jogja. Nah, tahun ini adalah penyelenggaraannya yang ke-9
Mandiri ArtJog 9 tahun ini digelar selama sebulan penuh, yaitu dari 27 Mei hingga 27 Juni 2016 di Jogja National Museum dan bakal menampilkan 97 karya dari 72 seniman baik dari dalam maupun luar negeri.
Beberapa seniman terkemuka yang ikut berpartisipasi di Mandiri ArtJog 9 ini diantaranya adalah Joko Pekik, Eko Nugroho, Agus Suwage, Nasirun, Garin Nugroho, hingga Agan Harahap.
Saya datang ke Jogja National Museum sendiri, iya sendiri, bukan sama cewek, lha kan tujuan saya ke Mandiri ArtJog 9 ini salah satunya adalah mencoba untuk menjalin hubungan sama cewek. Ya kali aja gitu saya ada jodoh kalau sama cewek-cewek yang artsy, siapa tahu tho.
Di pelataran Jogja National Museum, saya sudah langsung disambut oleh karya seni pertama, yaitu sebuah instalasi terowongan vacuum yang mirip dengan baling-baling pesawat, karya instalasi ini dibuat khusus oleh seniman Heri Pemad. Instalasi vacuum di halaman Jogja National Museum ini oleh Heri Pemad dimaksudkan sebagai simbolisasi penyedot (vacuum) masyarakat agar mau datang dan ikut meramaikan Mandiri ArtJog 9 kali ini.
Untuk bisa masuk ke area pameran, pengunjung dibebankan biaya masuk sebesar 50 ribu rupiah, sedangkan untuk pelajar dan mahasiswa, tarif yang dibebankan hanya setengahnya (hayo, kurang baik gimana coba panitianya, padahal tanggal muda, tapi kalian para pelajar dan mahasiswa masih saja dikasih diskon).
Pembayaran tiket masuknya sendiri tidak menggunakan uang tunai secara langsung, melainkan menggunakan Mandiri e-money. Bagi yang sudah punya Mandiri e-money, bisa langsung membayar dengan saldo e-money-nya, sedangkan yang belum punya, pengunjung bisa langsung membuatnya di boot Mandiri yang lokasinya tak jauh dari loket masuk dan dijaga oleh mbak-mbak karyawan Mandiri yang manisnya ngaudubillah setan.
Di dalam Jogja National Museum, area pameran sudah sangat ramai oleh pengunjung, sebagian besar adalah anak-anak muda. Saya cukup beruntung karena datang di hari biasa, karena kalau pas akhir pekan, jumlah pengunjungnya bisa membludak, bisa sampai lima ribu pengunjung per hari, sehingga bakal susah kalau mau foto-foto bareng karya, soalnya harus antri bergantian.
Selama berkeliling melihat karya, saya ditemani oleh mbak Hamada Adzani, Manajer Komunikasi dan Publikasi Mandiri Art Jog, Mbak bergingsul manis ini sangat paham dan nglothok soal seni, sehingga setiap kali saya ndak mudeng soal karya yang dipamerkan atau seniman yang membuatnya, saya bisa langsung bertanya sama belio.
Di lantai pertama Jogja National Museum, saya sudah langsung disuguhi banyak karya seni yang menarik dan menakjubkan, namun perhatian saya jelas tersita oleh karya Eko Nugroho, itu lho, seniman yang pameran tunggalnya bisa mempertemukan Rangga dan Cinta di film AADC 2.
Di Mandiri ArtJog 9 kali ini, Eko Nugroho menampilan karya seni bertajuk “Street Talk series”, yang merupakan instalasi lukisan dengan metode bordir di atas media tekstil. Lukisan bordir karya Eko Nugroho ini mengambil objek foto-foto keseharian yang pernah dikumpulkan oleh Eko Nugroho selama perjalanannya mengunjungi beberapa negara.
Karya Eko Nugroho ini menjadi salah satu karya yang paling banyak dikunjungi oleh pengunjung. Maklum, euforia AADC2 memang masih cukup kental, sehingga banyak orang yang penasaran sama karya Eko Nugroho ini.
Lain Eko Nugroho, lain pula Rudi Mantofani. Jika Eko Nugroho menggambarkan dunia dengan lukisan bordir, Rudi Mantofani justru menggambarkan dunia dengan instalasi replika bola dunia dalam wujud apel. Menurut si empunya karya seni, karyanya ini dimaksudkan untuk mengajak publik untuk menemukan pengalaman estetis melalui benda keseharian yang tampak biasa.
Banyak karya seni mahal di Mandiri ArtJog 9. Lukisan karya Nasirun, misalnya. Lukisan oil on kanvas berjudul “Untitled” miliknya konon dibanderol dengan harga empat miliar, sekali lagi empat miliar sodara. Dengan uang segitu, sampeyan bisa buka konter pulsa sampai ratusan cabang banyaknya.
Di Mandiri ArtJog 9 ini, saya melihat bahwa seni tak selalu tentang karya yang ribet, nyastra, ataupun roman. Ada kalanya, seni juga bisa tentang karya yang sederhana, yang tidak perlu ndakik-ndakik. Karya Angki Purbandono dan Ahadi Bintang menjadi salah dua buktinya.
Angki Purbandono menampilkan karya berisi kolase foto-foto dirinya, keluarga, kerabat, dan sahabat-sahabatnya dalam rangkaian instalasi yang sangat menarik dan dekoratif.
Sedangkan Ahadi Bintang (yang berkolaborasi dengan Alfredo and Isabel Aquilizan Fruitjuice Factory Studio Jogjakarta) menampilkan karya berupa instalasi motor rusak serta hiasan plat yang berisi aneka umpatan-umpatan yang sering muncul dari kekesalan para pengguna jalan raya.
Karya foto-foto editan dari Agan harahap juga tak kalah mempesona. Seniman foto digital yang pernah bikin heboh karena mampu menghadirkan seleb-seleb Holywood dalam bingkai kehidupan masyarakat Indonesia ini mampu membuat pengunjung tersenyum simpul. Ia membuat kolase foto editan menggunakan obyek tokoh-tokoh dunia dengan latar peristiwa yang begitu lucu dan jenaka.
Karya-karya dari seniman lain juga tak kalah mempesona. Masing-masing punya keindahan, keunikan, dan maksud estetika tersendiri. Ini pula yang membuat Mandiri ArtJog 9 sangat layak untuk dikunjungi.
Sungguh, ini kunjungan yang sangat menyenangkan dan tidak akan pernah saya lupakan. Lha kapan lagi bisa melihat pameran seni internasional yang menampilkan karya-karya dari seniman-seniman terkemuka hanya dengan tiket masuk sebesar lima puluh ribu?
ngertio aku nunut koe, Gus. Masalahe saiki bayare ndadak nganggo emoney. hahahahha.
ReplyDeleteWah, bocah kok senengane nunutan... hahaha
DeleteGek orak due e-money e, Gus. hahahhahhaa. Rep mlebu ndadak gawe sek kakakakka
DeleteMas Agus ki gokil cara berceritanya. Aq suka Mas... (Tapi sayange aq gak diajak cah marai...Lain waktu diajak ya Mas...hehehe #ngarep) Salam blogger dari Bojonegoro!
ReplyDeletelha sampeyan gak nembung dari awal sih...
DeleteLoh Gus cewek artsy nya mana?
ReplyDeleteyo diumpetke tho bos... hahaha
Deletekeren keren ya mas karya seninya, apalagi itu--yang indomie :D
ReplyDeleteYakin itu Indomie? bisa aja Mie Sedap lho...
DeleteWow gokil, Gus. Gokil. cuma gocap dapat banyak, sayangnya ceweknya kayaknya belom dapet ya, Gus..
ReplyDeleteah, seandainya dapet, mosok iya harus saya tulis dan saya pamerkan.... hahaha
DeleteKalo saya panitia pameran itu saya gratiskan untuk masuk. Lha, ini kan juga supaya lebih banyak lagi penonton yang datang. Soal biaya masih bisa didapatkan dari sponsor, sumbangan pemda, sumbangan kementrian pariwisata dan saweran orang kaya penikmat seni.
ReplyDeleteGolek inspirasi yo gus, ben jiwa SeniMan mu muncul
ReplyDeletepasti senanglah bisa melihat seni-seni yang bagus
ReplyDeletetiket 50 rb sangat memuaskan dengan karya-karyanya
ReplyDeletemandiri sangat mengerti seni
ReplyDeleteJogja pancen istimewa, senimannya hebat dan hasil karyanya top ditambah dapat dukungan dari Mandiri dan sponsorship lainnya [lengkap sudah]
ReplyDeleteNgomong ngomong tentang Agan Harahap Gus, lha dirimu kan yo sesatir beliau to...andai, kegemaranmu ngedit foto berjaya kembali Gus..
ReplyDelete#e, piye kopi duriane?
jogja keren pisan euy mantapppp :)
ReplyDeletesaya rasa seni-seninya masih standart
ReplyDeletesaya lebih senang seni-seni modern dengan media modern
ReplyDeleteKeren banget mas, jadi pengen kesana..
ReplyDeletejebulane kok kudu gawe e-money sik.. suk nek ra kanggo pie jal, mung kanggo pisan nggo daftar kui.. ngomong2 mbak2 pegawe mandiri ne kok diumpetne mas?
ReplyDeleteWalah mbayare ndadak go e money... ning keren" karya senine.
ReplyDelete