Sewaktu kecil, setiap kali saya jatuh, entah jatuh saat berlari atau jatuh dari sepeda, bapak saya selalu mengajari saya sebuah mantra penyembuhan yang kata bapak saya, kalau telapak tangan saya dibacakan mantra tersebut dan kemudian ditempelkan ke bagian tubuh yang luka karena jatuh, niscaya luka tersebut akan sembuh.
Begini mantranya "Pu jopa japu, tai asu abang biru, ndang mario,"
Mantra tahayul itu memang kemudian tidak menyembuhkan luka saya seketika, tapi waktu itu, entah kenapa, setelah dibacakan mantra tersebut, saya merasa ia punya efek yang bagus. Padahal mah, dibacakan mantra atau tidak, luka lecet karena jatuh lama-lama bakal sembuh dan kering juga.
Hal bodoh yang tujuannya untuk menenangkan anak yang menangis karena kesakitan sebab terjatuh. Ini tak jauh beda dengan orang tua yang pura-pura memukul meja karena anaknya jatuh tersandung kaki meja. "Mejanya nakal ya, nak, biar emak pukul ya,"
Setelah dewasa, baru saya sadar, bahwa melalui mantra tersebut, saya ternyata sudah diajari tahayul sejak kecil, oleh bapak saya sendiri pula.
Setelah tahu apa ancaman dosa tahayul, tentu saja saya kemudian menyayangkan apa yang sudah dilakukan oleh bapak saya dahulu.
Kemarin, saya menonton video tentang anak-anak yang dengan entengnya meneriakkan "bunuh, bunuh, bunuh si ahok, bunuh si Ahok sekarang juga" saat berpawai obor. Entah kenapa, setelah menonton video tersebut, saya jadi merasa, apa yang dilakukan oleh bapak saya dulu ternyata tidak ada apa-apanya. Sebab, banyak orang tua yang mengajari anak-anak lebih buruk dari pada apa yang diajarkan oleh bapak saya kepada saya
Mengajari untuk membunuh.
pakanene asu opo mas? kok rupane abang biru
ReplyDeleteAda yang diajari membunuh rasa kangen pada sang mantan
ReplyDeletepuk puk puk yang sabar yahh mass...
Deleteini disebut ujian ha h ha