Di film “Pengabdi Setan”, ada satu adegan yang begitu membikin saya sangat miris dan berdesir, yaitu adegan ketika setannya menunggu sosok Rini yang sedang salat dan kemudian menampakkan diri tepat di depan Rini saat ia masih memakai mukena. Selain itu, ustaz di film tersebut tidak tampil sebagai sosok yang superior. Ia mati dibunuh sama setannya.
Ini tentu saja sangat mengerikan. Padahal selama ini, hampir di semua film-film horor kita, sosok ustaz (atau pak kiai) selalu hadir sebagai pengusir setan. Pokoknya kalau pak ustaz atau pak kiai sudah baca Ayat Kursi, beres urusan.
Logikanya, kalau pak ustaznya saja mati dibunuh setan, apalagi yang bisa diharapkan dari orang yang tidak punya kapasitas soal agama?
Di film “Sajen”, setannya tak kalah kurang ajar dibandingkan setan di film “Pengabdi Setan”. Kalau biasanya setan akan panas saat dibacakan Ayat Kursi, setan di film “Sajen” ini sebaliknya, ia malah semakin beringas dan berani. Ayat Kursi tak mempan untuk menjadi senjata melawan setan.
Yang cukup baru, ada film “Danur 2”. Di film ini, setannya keparat betul. Lha gimana nggak keparat, saat ada tokoh yang sedang berzikir tahlil, setannya bisa-bisanya ikut menggangguk-anggukkan kepala sesuai bacaan tahlil.
Yang paling bajingan tentu saja film “Makmum” bikinan Riza Pahlevi itu. Dalam film tersebut, setannya nggak tanggung-tanggung, ia ikut salat menjadi makmum.
Aneka fenomena ketidaktakutan setan pada entitas dan simbolisasi beragama dalam film-film horor Indonesia ini boleh jadi adalah efek dari fenomena masa kini, ketika agama semakin tidak dianggap tinggi. Agama menjadi semakin profan. Semakin ora kajen. Orang-orang banyak yang menggunakan agama sebagai kedok kepalsuan, menggunakannya sebagai senjata politik, menggunakannya sebagai bisnis, dan yang paling bangsat, menggunakannya sebagai pemecah belah masyarakat.
Agama semakin pop, tetapi bukan pada posisi yang tinggi. Agama bukan lagi menjadi sesuatu yang punya posisi paling paripurna. Ia tak lagi menjadi simbol perlawanan keburukan yang disimbolkan dengan setan.
Lha gimana, manusia jaman sekarang ini malah jauh lebih jahat dan lebih nggentho ketimbang setan itu sendiri je.
Entah kenapa, kalau begini terus, saya semakin yakin, di tahun 2019 nanti, setan tidak lagi takut sama agama. Ia akan lebih takut sama politik. Karena itu jangan heran kalau besok, yang bisa mengobati orang kesurupan bukan lagi ustadz atau kiai, melainkan politisi, aparat, dan anggota organisasi kemasyarakatan.
Lha nganggo klambi agomo malah ngapusi puluhan ewu jamaah umroh ki piye Gus? Setan tenan tho?
ReplyDeleteSeng mesakke kui malah setane, rak melu pilkada mung dadi tersangka terus buahahhaahha
ReplyDeleteSetan zaman now tambah berani mas Agus. Mungkin film-film ora jelas ini menggambarkan situasi yang memang sedang terjadi saat ini, ya kayak gitu, dah gak mempan dengan sholat dan bacaan ayat kursi.
ReplyDeleteIyo, setuju mas.. SAya juga kepikiran yg sama abis nonton pilem ini.
ReplyDeleteapa yang buat film dinamakan setan ya?
ReplyDelete