Roti tawar itu saya olesi mentega, saya sapukan sampai lotro agar seluruh permukaan roti tawar terlapisi tanpa terkecuali. Sembari mengoleskan dan meratakan mentega, saya membayangkan betapa eco dan nikmatnya roti ini nanti kalau sudah siap santap.
Permukaan roti akhirnya terlapisi oleh mentega dengan merata. Permukaannya yang tadi berwarna putih kini berwarna kuning mengkilap bak eldorado.
Langkah selanjutnya, tentu saja menaburkan meses. Bukan sembarang meses, tapi harus Ceres. Maklum, mulut saya sering tak bisa berkompromi dengan meses yang murah.
Satu bungkus meses Ceres sachet yang sudah dipotong ujungnya pun kemudian saya ambil. Bersiap untuk saya suntak agar butiran-butiran coklatnya jatuh berhamburan di atas roti yang sudah siap menunggu mahkotanya.
Tapi bajangkrek setan alas.
Bukannya butiran meses yang keluar, tapi malah cicak kecil yang melompat mak prucut dari lubang sachet meses.
“Asuuuu!” saya kaget sampai mengumpat anjing kepada hewan yang bahkan tidak bisa mengonggong ini.
Ternyata sudah beberapa lama si cicak berdiam diri di dalam kemasan sachet meses yang memang saya lupa tutup ujungnya ini.
Nafsu bersantap saya langsung luntur. Lha gimana tidak, tentu tidak elok kalau saya harus memakan roti tawar bertabur meses yang sudah dijamah sama cicak.
Kali ini, saya membayangkan, betapa tidak sedapnya kalau harus makan roti tawar dengan mentega tapi tanpa meses di atasnya.
Duh Gusti, berikan hambamu petunjuk. Mana yang harus saya korbankan? Rasa jijik atau rasa lapar?
pentingkan rasa lapar aja.Makan roti pake mentega udah nikmat kok.
ReplyDeletekalau saya sering gus...yakin aja kalau meses itu sehat walau sudah di injak@ cicak biasanya cicak ga pernah naruh tahinya di makanannya
ReplyDeleteSering saya mengalami seperti itu ha....
ReplyDeletedan meses coklat berkolaborasi dengan telek cicak yang nikmat hahaha
ReplyDeletesalam sukses mas gus !
#cahmagelangan
Cicaknya nya sekalian kremos saja Kang untuk vitamin
ReplyDeleteBaru saja membuang waktu,membaca cerita receh ini.
ReplyDelete