“Kikik Kecelakaan cedak Yonif 403. Barusan aku ditelpon”
Begitu pesan yang masuk di grup wasap KBEA menjelang jam 1 malam. Saya yang sudah bersiap-siap mancal kemul langsung gage mengambil motor dan menuju lokasi.
Sampai di lokasi kecelakaan, sudah ada beberapa orang yang berkerumun. Ada juga beberapa kawan seperti Nody, Mujib, juga Saddam. Kikik tergeletak pasrah. Ada darah tercecer lumayan banyak di dekat mulutnya. Wajah dan kakinya babak bundas.
Kami kemudian membagi tugas. Nody dan Mujib mengurus motor, sedangkan saya dan Saddam, dengan menumpang mobil milik salah satu orang yang kebetulan ada di situ, langsung membawa Kikik ke klinik.
Di Klinik, Kikik langsung ditangani oleh seorang dokter perempuan yang masih lumayan muda. Ia merawat Kikik selayaknya seorang dokter yang mengingat dengan baik sumpah dokternya.
Di ruangan perawatan, barulah saya dan Saddam tahu bahwa Kikik mengalami sobek bibir yang lumayan parah dan harus dijahit.
Namun, dasar Kikik bajingan. Ia tak mau dijahit.
“Nggak usah, Dok, ini nanti sembuh sendiri...” kata Kikik dengan nada suara yang memprihatinkan karena luka sobek di bibirnya.
Lebih bajingan lagi, sudah tahu sakit, ia masih saja kemaki. Ia memprotes si dokter saat mengoleskan semacam salep di sekitar lukanya.
“Kok pakai... (menyebut nama obat), Dok?” Kata Kikik nyolot.
“Ini sebagai antibiotik buat lukanya,” jawab si Dokter.
“Saya ini anak farmasi, Dok. Saya tahu obat mana yang seharusnya diberikan pada luka saya ini!”
Saya yang mengantarkan Kikik ke klinik jadi tak enak hati pada dokter yang merawat Kikik. Ingin sekali saya gampar bibir si Kikik sambil bilang “Kowe ki pancen cah farmasi, tapi Bu dokter’e iki cah kedokteran, Su!”
Adegan berikutnya, jauh lebih bajingan lagi. Si dokter kena damprat Kikik. Bahhkan sempat mendapat makian kasar dari Kikik.
Saya dan Saddam jadi tambah tidak enak hati.
“Mas, saya berkali-kali mendapat pasien anak muda, tapi kalau pasien yang satu ini, mulutnya kasar sekali. Saya nggak yakin ada dokter lain yang mau merawat pasien seperti ini...” ucap si Dokter pada saya dan Saddam.
Kami lantas tak henti-hentinya meminta maaf yang sebesar-besarnya atas ulah si Kikik.
“Kikik ki asu kok, lambene rusak, yo rusak dalam arti harfiah, maupun tidak...” kata saya sedikit berbisik pada Saddam.
Di ruangan lain, sembari menunggu obat disiapkan, saya kemudian tanya-tanya sama Saddam tentang kronologi kecelakaan yang baru saja menimpa Kikik. Dan penjelasan Saddam membuat saya ingin secepatnya menggampar Kikik.
Usut punya usut, ternyata Kikik pulang dalam keadaan agak mabuk. Dan ia menabrak motor yang sedang diparkir di pinggir jalan oleh pemiliknya yang sedang membeli martabak manis.
“Oalah, bajingan. Cah enom liyane berusaha menabrak penindasan dan kesewenang-wenangan, atau minimal nabrak aturan. Lha cah iki isone mung nabrak motor mandek.” maki saya.
Saddam merenges. Dari wajahnya, Tampak bahwa ia menyimpan rasa mangkel yang sama seperti saya pada Kikik.
“Lha nek sing ditabrak motor tentara Yonif, kuwi mending, Isih ketok nuansa wanine. Lha iki, sing ditabrak, motor’e uwong sing gek tuku martabak. Lak yo asu, tho?”
Kecelakaan Memalukan
Oleh
Agus Mulyadi
|
Wednesday, 7 November 2018
|
hahahaha wasu ngunu kancamu gus
ReplyDeleteLmaooooo
ReplyDelete