Agus Mulyadi Njaluk Rabi

Belanja dan Digabung

| Friday, 7 December 2018 |

Kalau saya sedang bersama Kalis dan saya mampir ke Indomaret, Kalis yang biasanya tak berniat untuk membeli apa-apa kemudian ikut masuk ke dalam dan lantas membeli beberapa makanan atau minuman. Biasanya Yakult, frestea, atau makanan ringan.

Saat akan mau bayar, Kasir biasanya bertanya, “Mau digabung atau dipisah?”

Sebagai lelaki, tentu saja saya menjawab digabung. Masak saya tak mau membayari belanjaan pacar sendiri yang biasanya cuma Frestea sama beng-beng itu. Wong ya paling mentok cuma sepuluh ribu.

Saya lantas mengeluarkan uang dan kemudian membayar semuanya.

Begitu pula saat kami berdua berbelanja buku di toko buku. Kalis biasanya ambil Majalah Tempo. Di kassa, saat Kasir bertanya notanya mau digabung apa dipisah, tentu saya langsung jawab dengan tegas. “Digabung.”

Masak saya pelit kalau cuma sekadar membelikan majalah Tempo buat Kalis. Wong ya harganya paling berapa.

Ha lelaki, je.

Saya lantas mengeluarkan uang dan kemudian membayar semuanya.

Kebiasaan itu berlanjut tadi siang saat saya memesan celana di Eagle Jeans. Di sana, melihat bahan jeans yang terlihat menarik, Kalis kemudian tertarik untuk ikut bikin.

Di depan kassa, Kalis mengeluarkan dompetnya, bersiap untuk membayar. Kasir kemudian bertanya, “Ini notanya mau digabung apa dipisah?”

Saya yang berdiri tak jauh dari Kalis reflek menjawab, “Digabung!”

Kalis Tampak sumringah. Saya tak tahu kenapa ia begitu sumringah. Begitu notanya jadi, barulah saya paham kenapa Kalis begitu sumringah.

Ternyata Kalis pesan 3 celana, habisnya 600 ribu.

Saya yang sudah kadung bilang “Digabung” tak mungkin menarik ucapan saya. Ini soal harga diri.

Sepanjang perjalanan pulang, saya mbesengut nggak karuan. Sedangkan kalis prengas-prengas sepanjang jalan.

Ah, Seandainya saya bisa lebih bijak, hari ini seharusnya saya bisa berhemat 600 ribu.




Sawer blog ini

12 comments :

  1. Baru betul - betul cowok.wkwkw...Yah, itung - itung belajar, kalau udah nikah juga kita yang bayarin semua..

    ReplyDelete
  2. Kebiasaan ndak baik itu. Bagusnya dipisah atau gantian bayarnya. Biar kedua belah pihak saling berinvestasi pada hubungan, mumpung belum nikah, jadinya melatih kolaborasi

    ReplyDelete
  3. Sebuah pembelajaran hidup yang sangat penting, sok gentle tidak membuat kita kaya, hindari belanja bareng cewe saat kere, jika di depan kasir pura2 hilang ingatan, atau pura2 kebelet dan jurus terakhir lihat cctv dan lambaikan tangan

    btw sangat terbayang bagaimana senangnya kalis, mungkin selanjutnya kalis akan lebih kreatif harap hati2

    btw hatinya mas sangat mulia ya hahaha

    salam
    penulis di Kaos Family gathering

    ReplyDelete
  4. Kalo aku biasanya yang disuruh bayar. Dompet dikasih, aku cek isinya dulu. Kalo bisa ambil lagi, ambil lagi yang banyak. Wkwk

    ReplyDelete
  5. wakwak wak ceritanya kebobolan nih pak aguss

    ReplyDelete
  6. Kalau soal membayar biar yang punya yang dulouan mas Agus hehe

    ReplyDelete

Tentang Saya

Saya Agus Mulyadi, biasa dipanggil Gus Mul (bukan lulusan pesantren seperti Gus Dur, Gus Muh, maupun Gus Mus. Gus Mul hanya akronim dari nama saya). Blogger dan Freelance Layouter. Kini berusia 24 tahun. Aktif di Karang Taruna dan Komunitas Blogger Magelang Pendekar Tidar. Profil lebih lengkap, Lihat Disini
 
Copyright © 2010 Blog Agus Mulyadi , All rights reserved
Design by DZignine . Powered by Blogger