Nyali itu seperti mesin, perlu dipanaskan. Dan hari ini, saya dengan ditemani keluarga dan kerabat mencoba memanaskan mesin itu. Melamar Kalis, gadis yang paling piawai menjaga perasaan saya. Datang memintanya untuk menjadi istri saya, walau tentu saja, dengan mental yang tidak prima-prima amat.
Puji Tuhan, lamaran saya diterima.
Keluarga saya punya semacam tradisi penamaan yang aneh. Bapak saya namanya Mulgiyanto, tapi ia dipanggil “Trimo” sebab saat remaja, ia harus menerima keadaan ditinggal mati bapaknya. Ibu saya tak jauh beda, namanya Isrowiyah, namun di kampung kelahirannya, ia dipanggil “Urip” karena selamat setelah hampir tewas tenggelam di kolam saat kecil.
Saya, Agus Mulyadi, tentu saja tak perlu mendapat panggilan “Untung”, namun yang jelas, hari ini, saya yakin, saya memang lelaki yang beruntung. Lelaki yang ketiban ndaru.
Saya jadi ingat momen awal tahun, ketika saya masih takut-takut untuk main ke rumah Kalis. Apalagi di sana, bapaknya sempat bercerita tentang masa lalunya sebagai seorang jagoan.
“Waktu muda dulu, saya ini pernah ikut tarung bebas, Dik. Full body contact,” ujarnya dengan nada bicara yang sangat berat. “Kalau sekarang ya kaya MMA lah...” kata bapaknya Kalis.
Saya mantuk-mantuk. Mendengarkan ceritanya dengan penuh takzim.
“Tahun 85, atau 86, saya agak lupa. Saya bahkan sempat lolos dalam salah satu kejuaraan nasional di GOR Siliwangi, Bandung.”
Saya melirik sebentar. Dari jarak dekat, terlihat lengannya yang tampak masih menyisakan tanda-tanda lengan seorang petarung. Saya menelan ludah. Mental saya menipis dengan sendirinya.
Apa pun yang ia katakan tentang pengalaman masa mudanya itu di telinga saya terdengar seperti sebuah peringatan: “Berani macem-macem sama putriku, tak timplik cengelmu!”
Dan alhamdulillah, jagoan yang sempat membuat saya sangat jiper itu hari ini menyambut saya sekeluarga dengan sangat ramah. Bersuka-cita mengizinkan saya untuk meminta putri tercintanya sebagai istri saya.
Hari ini, saya terpaksa menyanyikan salah satu lagu Didi Kempot yang blas nggak ada unsur patah hatinya: “Plong rasane njero dadaku, rasane mak plong lego atiku.”
Selamat mas agus...semoga di lancarkan segala urusan sampe hari dimana semua saksi mengatakan sah..
ReplyDeleteyup
ReplyDeleteselamat Mas Agus .....
ReplyDeletesmoga Nanti Akad nikahnya dilancarkan...ditunggu undangannya
Surahman
Selamat ya mas Agus. Semoga babak2 selanjutnya berjalan dengan lancar!
ReplyDeleteSelamat Mas Agus, moga lancar nanti semua urusannya...
ReplyDeleteSakinah, mawaddah, warohmah
Selamat Mas Agus, mau ngingetin jangan lupa dimatiin mesinnya biar nggak overhaul.
ReplyDeleteSemoga lancar mas...
Selamat mas, mudah-mudahan saya juga segera mengikuti jejak suksesnya. ;)
ReplyDeleteSelamat ya mas. Baru sekalu mampir langsung ketawa terkekeh2. Pingin baca semua postingannya. Tapi terus baca header blognya. Pas adzan ahar berkumandang. Wes aku sholat dulu yo. Assalamualaikum
ReplyDeleteMugo-mugo lancar tekan hari H mas Agus.
ReplyDeleteSelamat mas Agus...walaupun saya nggak tahu kenapa nama saya dibawa-bawa, tapi tak doain lancar semua segala urusannya.
ReplyDeletealhamdulillah, selamat mas, mugo-mugo lancar sampe hari H lan samawa, amin...
ReplyDeleteAlhamdulillah selamat mas, semoga dilancarkan sampai pernikahan, sampai ber rumah tangga menjadi keluarga bahagia, sakinah, mawadah dan warrahmah.
ReplyDeleteAlhamdulillah.. sudah tidak jomblo lagi.. tapi masih apal pancasila kan mas? :D
ReplyDeleteAlhamdulillah.. selamat Mas Agus. Semoga dilancarkan sampai akad nikah.
ReplyDeleteselamat mas agus,, semoga lancar di hari h nya
ReplyDelete