Sekira dua bulan yang lalu, sesampainya saya di kantor Mojok, mendadak sudah mejeng sebuah sepeda warna krem yang terparkir di halaman belakang.
“Punya siapa ini, Cik?” tanya saya pada Prima Sulistya.
“Punyaku,” jawab si Pemred yang trengginas itu, “Aku beli kemarin sore.”
“Lah, ngapain kamu beli sepeda segala?”
“Aku impulsif, kemarin aku nganterin adikku beli alat-alat bikin kue, lha ternyata tokonya sebelahan sama toko sepeda. Pas nunggu adikku itulah aku trus lihat-lihat sepeda di toko sebelah, aku naksir sama salah satu sepedanya, ya tak beli, deh,” terangnya.
Saya tentu saja tertawa dengan alasan Prima beli sepeda. Alasan yang sangat tidak tionghoa yang biasanya penuh dengan pertimbangan yang matang.
“Asuuuu, guoblok tenan ig!”
Waktu pun berputar. Dan bajangkrek setan alas, sepeda yang proses pembeliannya sempat saya goblok-goblokan itu kini telah berpindah dari halaman belakang kantor ke halaman depan rumah saya.
Alasannya tak lain dan tak bukan karena sepeda itu kini sudah sah dibeli oleh Kalis.
“Ngapain kamu beli sepedanya Prima segala?” tanya saya.
“Ya nggak papa, pengin aja.”
Saya terdiam mendengarkan jawabannya itu. Tidak bisa berbuat banyak. Hanya bisa membatin, “Asuuuu, guoblok tenan ig!”
0 komentar :
Post a Comment