“Mas, kamu belanja apa lagi kali ini?” kata Kalis.
“Ha? Belanja? Siapa yang belanja?”
“Lha itu, ada kiriman di meja. Dateng tadi sore.”
Saya merasa tidak sedang membeli sesuatu. Beberapa hari yang lalu memang saya sempat membeli sabun mandi khusus penghilang jerawat punggung, tapi itu sudah datang dua hari lalu. Mangkanya saya bingung saat Kalis nanya soal kiriman paket ini.
“Aku nggak merasa belanja apa-apa. Coba dilihat, alamatnya atas nama siapa?” Kilah saya defensif.
“Alamatnya atas nama Akal Buku, dan nggak ada embel-embel Kalis Mardiasih. Jadi pasti kamu yang belanja. Dah, ngaku aja.”
“Lha wong memang nggak belanja kok disuruh ngaku. Wis, sini paketnya. Biar dibuka dan ketahuan isinya apa.”
Kalis kemudian menyerahkan Paket dengan bungkus berkelir hitam itu pada saya. Di kotak bungkusan itu tertulis nama pengirimnya. Seseorang dari Wonogiri hiriri. Saya tidak mengenalnya. Dan Kalis tampaknya juga demikian.
Saya meraih cutter di meja. Bungkusan itu kemudian saya buka. Saya sodet perlahan sampai kardusnya koyak. Setelah beberapa saat, tampaklah isi paket tersebut: kacang mete.
“Kacang mete. Aku nggak pernah merasa beli kacang mete.”
Kalis diam sejenak. Ia tampak berpikir. Sejurus kemudian, ia merenges. “Ya Tuhan, iya, ding. Itu aku yang beli. Aku baru inget, waktu itu ada yang posting kacang mete, trus aku kepingin.”
Saya menghela napas. Pelan. Pelan sekali.
Di bulan puasa di masa pandemi seperti sekarang ini, kesabaran saya tampaknya sedang getol-getolnya untuk ditantang dan diuji.
Ingin sekali saya memeluk Kalis dan membisiki telinganya pelan dan lirih: “Aku kuat, Lis. Kabeh iki wis tak niati. Aku kuat.”
hahahaha bisa aja di mba kalis ini, kalau mau belanja jangan lupa liat liat dulu rekomendasi terbaiknya jangan sampai salah beli takut gaenak hahhaa
ReplyDelete