Saya bodoh dan miskin, namun saya beruntung punya guru-guru yang luar biasa. Jalan hidup saya dibangun oleh banyak hal, dan kebaikan hati para guru adalah salah satunya.
Bu Darmi yang selalu menawarkan kesabaran tiada ujung dan tak pernah usai, Bu Rochalimah yang selalu membesarkan hati saya yang sering mengkeret karena kemiskinan, Pak Lartono yang selalu memberikan semangat untuk sukses dengan cara yang lucu dan konyol, Bu Tentrem yang selalu menawarkan kepedulian tulus luar biasa, hingga Bu Resmiyati yang sering memuji tulisan saya sehingga menguatkan kepercayaan diri saya yang sebelumnya sangat rapuh dan amburadul.
Guru-guru saya, dengan segala hal yang mereka berikan kepada saya, turut menambal tembok-tembok berlubang pada benteng nyali saya yang membuat saya merasa lebih lebih tangguh dalam mengarungi hidup yang keras dan tidak kenal kompromi ini. Kepada mereka, saya akan selalu punya hutang yang besar.
Maka, ketika beberapa waktu yang lalu, saya diminta oleh Nyalanesia untuk ikut mengisi pelatihan menulis bagi para guru yang berasal dari berbagai penjuru daerah ini, saya merasa itu adalah salah satu jalur bagi saya untuk mencicil hutang saya kepada guru-guru saya.
Saya merasa, di depan saya, ada Bu Darmi-Bu Darmi yang lain, Bu Rochalimah-Bu Rochalimah yang lain, ada pak Lartono-Pak Lartono yang lain, ada Bu Tentrem-Bu Tentrem yang lain, ada Bu Resmiyati-Bu Resmiyati yang lain.
Selalu menyenangkan bisa berbagi dengan guru-guru yang punya semangat besar untuk tumbuh dan belajar menjadi pengajar yang berdampak bagi murid-muridnya.
Saya tak punya pengharapan yang besar, sekadar berdoa semoga seringan-ringannya ilmu menulis yang saya bagikan, bisa bermanfaat dan bisa membuat guru-guru di depan saya ini menjadi perantara bagi murid-murid yang bodoh dan miskin seperti saya, untuk tetap merasa berharga dan punya keberanian menantang kerasnya hidup.
0 komentar :
Post a Comment