Saya selalu menghargai dan merayakan penghasilan pertama. Bagi saya, sekecil apa pun penghasilan pertama, ia akan tetap menjadi penanda besar bagi setiap pekerja. Dan karena itulah, ia selalu menempati ruang yang spesial.
Gaji pertama saya sebagai seorang penjaga warnet pada tahun 2009 silam adalah 625 ribu. Tentu saja itu bukan uang yang banyak, namun saya akan selalu mengingatnya. Saya bahkan mengabadikan bilangan 625 ribu itu sebagai bagian dari mahar nikah saya bersama seperangkat alat sholat dan satu set kitab tafsir Al-Misbah saat saya menikahi Kalis pada 2019 lalu.
Saya juga masih mengingat jelas uang hasil hadiah lomba blog pertama saya yang saya menangkan tahun 2010. Saya mendapatkannya setelah terpilih menjadi 5 besar peserta lomba blog yang diadakan oleh sebuah platform iklan bernama Kliksaya. Jumlahnya tak banyak, hanya 200 ribu. Namun, uang itulah yang kelak memantik semangat saya untuk rajin menulis blog hingga akhirnya saya memenangkan lebih banyak lagi kontes blog dengan hadiah yang jauh lebih besar.
Penghasilan pertama dari Google Adsense pun tak pernah bisa saya lupakan. Saya mendapatkannya tahun 2012. Jumlahnya 103 dolar atau sekitar 1 juta rupiah. Itu penghasilan selama 6 bulan saya menulis blog yang dipasangi iklan adsense yang akhirnya bisa diambil setelah mencapai batas 100 dolar. Ada debar yang tak bisa saya gambarkan saat saya mengambil uang tersebut di kantor pos. Ada semacam kegembiraan yang merayap saat menerima uang tersebut dari petugas.
Kegembiraan itu pula yang saya rasakan saat pertama kali mendapatkan uang royalti buku pertama saya, “Jomblo tapi Hafal Pancasila” dari penerbit Bentang Pustaka, atau honor menulis pertama saya dari Mojok sebesar 250 ribu rupiah melalui sebuah tulisan wagu (tapi keren pada masanya) berjudul “Pledoi Truk Boks dan Sandal Joger sebagai Jomblo Abadi”, atau gaji pertama saya sebagai redaktur Mojok tahun 2016 lalu.
Kini, debar dan sensasi kegembiraan itu kembali hadir. Hari ini, saya mendapatkan deviden pertama saya. Seperti yang Anda ketahui, sudah sejak dua bulan terakhir ini saya berinvestasi saham. Sejak awal masuk ke dunia saham, saya memang sudah meniatkan diri untuk mencari profit dari pembagian dividen. Itulah kenapa, dari semua perusahaan yang sahamnya saya beli, nyaris semuanya adalah perusahaan yang membagikan deviden secara rutin.
Dividen pertama yang saya dapatkan berasal dari saham Eastparc hotel. Pemberitahuan pembayaran dividen itu saya terima siang tadi melalui email yang dikirim oleh Mirae Asset, perusahaan sekuritas tempat saya biasa membeli saham.
Saya memang sempat membeli 27600 lembar saham Eastparc hotel, dan pada tanggal 25 Oktober lalu, mereka mengumumkan pembagian dividen sebesar Rp1.639 per lembar saham. Itu artinya, saya berhak mendapatkan deviden sebesar 45.236 rupiah.
Tentu saja itu jumlah yang sangat sedikit, sebab memang saham yang saya beli juga nilainya kecil, namun, seperti yang sudah saya katakan di awal, ia akan tetap menjadi penanda besar. Sampai kapan pun, 45.236 ini akan selalu lebih istimewa dibandingkan dengan 45 ribu-45 ribu yang lain.
Ah, ini mungkin terdengar norak, tapi rasanya menyenangkan sekali merayakan 45 ribu dengan perasaan yang sebahagia ini.
wah ceritanya menarik ... saya juga baru terjun di dunia saham, kebetulan juga baru dapat dividen dari DMAS ... yang cuma bisa buat beli sedikit gorengan + nasi padang hehehe
ReplyDeleteheader blognya keren mas, setelah ratusan purnama ga main blog akhirnya untuk pertama kalinya saya kembali blogwalking dan tujuan pertama saya kesini
ReplyDeleteBukannya mengekor, saya pun sama seperti mas Rizal, buka-buka browser dan blog, yang terlintas pertama ya blognya mas Agus yang keren ini.Selalu ada rasa kangen membaca tulisan-tulisannya GusMul
DeleteSaya paling nggak paham soal saham ini mas agus. Cuma saya sering lihat teman saya main saham, terus mantengin laptop. Entah apa yang di lihatnya. Hahaha
ReplyDelete