Saat akan balik dari Magelang ke Jogja tadi pagi, sampai di lampu merah Artos, arus lalu-lintas merayap pelan. Ada begitu banyak polisi dan orang berkerumun. Entah ada apa gerangan. Begitu dapat giliran untuk maju, barulah saya tahu bahwa ternyata mereka sedang menyambut rombongan biksu Thailand yang sedang melaksanakan ritual thudong jalan kaki dari Thailand ke Borobudur.
Semalam para biksu itu memang sudah tiba di Magelang, dan pagi ini, mereka tinggal menempuh perjalanan akhir mereka menuju Borobudur.
Para biksu itu dikawal banyak orang dengan aneka seragam, entah dari ormas mana saja. Yang jelas, warga antusias menyambut mereka. Anak-anak sekolah di sekitaran rute jalan para biksu tampaknya diberi kelonggaran untuk melihat para biksu itu meneruskan perjalanan menuju Borobudur. Mereka duduk menunggu di tepi jalan dengan masih mengenakan seragam sekolah mereka.
Begitu rombongan para biksu itu mendekat, orang-orang langsung beramai-ramai berebut menyalami para biksu, sebagian lain mengabadikannya dengan kamera ponsel mereka. Beberapa yang lain bersiap memberikan air dan makanan kepada biksu yang tampaknya tidak akan diterima sebab pasti sudah terlalu banyak air atau makanan yang diberikan kepada mereka oleh warga.
Pemandangan yang, entah bagaimana, terasa menyenangkan untuk dilihat. Keberagamaan yang hangat, menimbulkan senyum, sesekali menghadirkan tawa.
Bagi saya pribadi, pemandangan itu makin membuat saya senyum-senyum sendiri, sebab ia mengingatkan saya pada pertanyaan seorang netizen di sebuah grup Facebook lokalan Magelang.
"Biksu yang dari Thailand sekarang sudah sampai mana ya, Lur?"
Yang kemudian dijawab dengan sangat lucu oleh netizen yang lain: "Lagi mandek ng klenteng, Om. Leren dilit, maghriban."
Ah, agama dan seluruh instrumen yang menyertainya memang seharusnya lebih banyak menerbitkan kegembiraan. Bagi pemeluknya, dan yang tidak memeluknya.
0 komentar :
Post a Comment