Agus Mulyadi Njaluk Rabi

Selamat Jalan, Mbah Ruliyah

| Thursday, 25 May 2023 |

Mbah Ruliyah, nenek terakhir yang saya punya, akhirnya meninggal dunia kemarin pagi. Mboke, begitu saya biasa memanggilnya, berpulang setelah lebih dari satu bulan dirawat di PKU Muhammadiyah dan Sardjito.

mbah ruliyah

Usianya yang memang sudah sepuh (85 tahun), sakitnya yang parah, dan lamanya ia dirawat, membuat kami sekeluarga sudah bersiap dengan kemungkinan yang terburuk.

Kesedihan itu sudah kami cicil hari demi hari. Hingga akhirnya, tepat saat Mboke berpulang, kami sudah sangat bisa merelakan kalau memang Mboke harus pergi. Bahkan, ada sejumput kelegaan.

Kami rasanya sudah tak tega melihat Mboke selama dirawat di rumah sakit hanya bisa hidup dengan bantuan alat, bernafas dengan selang yang dicocok ke tenggorokannya yang dilubangi, hidup dengan ginjal yang sudah sangat buruk sehingga harus senantiasa dicuci darahnya. Ikhtiar sudah kami lakukan, tapi jalan terbaik dari Tuhan tak dapat kami tolak.

Setelah Mbah Sri, lalu Mbah Mi, lalu Mbah Maksum, dan kini Mbah Ruliyah. Saya sudah tak lagi punya nenek.

Waktu memang terus merambat maju, tak pernah pelan, namun juga tak pernah cepat. Ia berderap sesuai dengan kodrat edarnya. Kesenangan dunialah yang membuat waktu terasa lambat, dan kematian orang-orang tercinta yang dulu memanjakan kitalah, yang membuat waktu terasa sangat cepat.

Setelah ini, kehidupan akan kembali berjalan seperti biasa. Memang akan aneh sebab tak ada lagi Mboke, namun tentu saya akan terbiasa, cepat atau lambat.

Bapak dan ibu saya sudah menjadi kakek dan nenek, saya dan Kalis akan segera menjadi bapak dan ibu, anak saya pun kelak akan punya anak, dan giliran saya dan Kalis yang akan menjadi seorang kakek dan nenek.

Hidup memang tentang menggantikan dan digantikan. Kita hanya bisa berusaha agar mampu menjalani peran itu dengan sebaik-baiknya. Menghadirkan kebijaksanaan saat menggantikan, dan meninggalkan warisan yang baik dan layak dikenang saat digantikan.

“Mbah Ruliyah itu dulu puluhan tahun bekerja sebagai tukang bungkus tempe, kita semua warga Seneng 1 dan Seneng 2 kalau makan tempe ya pasti tempe yang dibungkus oleh Mbah Ruliyah. Kita besar salah satunya karena tempe bungkusan Mbah Ruliyah. Semoga untuk setiap hal baik yang kita lakukan, Allah mencatatkan itu sebagai amal baik bagi Mbah Ruliyah,” begitu kata Pak Mukhid, imam yang menyolati Mboke sesaat setelah sholat selesai.

Saya mendengarkan itu dengan perasaan yang hangat.

Semoga amal Mbah Ruliyah diterima, dan kesalahannya diampuni.




Sawer blog ini

0 komentar :

Post a Comment

Tentang Saya

Saya Agus Mulyadi, biasa dipanggil Gus Mul (bukan lulusan pesantren seperti Gus Dur, Gus Muh, maupun Gus Mus. Gus Mul hanya akronim dari nama saya). Blogger dan Freelance Layouter. Kini berusia 24 tahun. Aktif di Karang Taruna dan Komunitas Blogger Magelang Pendekar Tidar. Profil lebih lengkap, Lihat Disini
 
Copyright © 2010 Blog Agus Mulyadi , All rights reserved
Design by DZignine . Powered by Blogger