Saat menunggu teater dibuka untuk menonton film “Sekawan Limo”, saya mengajak Kalis untuk berfoto di depan poster film “Seni Memahami Kekasih” yang memang sudah mulai dipajang di banyak gedong film.
“Buat kenang-kenangan,” kata saya.
Saya pun kemudian ambil posisi. Belum juga saya sempurna memasang gaya, Kalis tiba-tiba sudah langsung menyosor pipi saya. Benar-benar beringas.
Saya yang memang dasarnya lelaki lugu dan pemalu tentu jadi sedikit kikuk dan salah tingkah.
Saya mulai mempercayai apa kata kawan-kawan dekat saya, bahwa Kalis mau saya nikahi karena sejak awal ia memang hanya mengincar tubuh saya semata. Saya hanya menjadi budak pemuas nafsunya.
Sungguh saya tiada menyangka. Padahal kalau dilihat-lihat, wajah Kalis seperti perempuan baik-baik.
Ah, benar apa kata God Bless: Dunia ini memang panggung sandiwara.
0 komentar :
Post a Comment