Kehadiran saya di jalan siang ini, bersama pesan sederhana yang dicetak di atas kertas kecil berukuran A4 ini, tentu saja tidak akan mencegah keculasan yang terjadi. Namun yang jelas, saya ingin menjadi bagian yang menolak diam saat praktik kekuasaan yang seenak udelnya sendiri itu terjadi di depan mata, dan berkali-kali.
Saya, dan juga ribuan manusia lainnya yang turun ke jalan hanyalah dan akan tetap menjadi gerombolan semut-semut rangrang kecil yang mudah diinjak lalu mati. Namun kami akan tetap bangga menjadi semut-semut rangrang itu, sebab kami berusaha melawan, kami tidak diam.
Harus ada gangguan bagi kekuasaan yang sewenang-wenangan, sekecil apa pun itu. Harus ada aral untuk praktik-praktik kecurangan, selemah apa pun itu. Dan harus ada rumput-rumput ilalang di tengah jalan yang menuju ketidakadilan, sesedikit apa pun itu.
Mungkin ini berlebihan, tapi kami ingin seperti semut “Ibrahim”, yang tetap mencoba membawa air setetes untuk ikut memadamkan api di tubuh Ibrahim yang sedang dibakar oleh Namrud, betapa pun ia sadar air setetes itu tidak akan bisa memadamkan api besar yang melahap Ibrahim.
Namun ini bukan tentang air dan api, ini tentang sikap.
“Aku tahu setetes air yang kubawa tidak akan bisa memadamkan api besar Namrud, tetapi dengan air ini aku bisa memastikan di pihak mana aku berada.” Kata si semut.
📷: @kulikata__
0 komentar :
Post a Comment